Selasa 01 Mar 2022 19:43 WIB

Kekufuran Orang Kafir tak Serta Merta Tersentuh Mukjizat Para Nabi

Sebagian orang-orang kafir tetap tidak mengimani mukjizat para nabi

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Alquran sebagai mukjizat paling agung Nabi Muhammad SAW (ilustrasi)
Foto: republika
Alquran sebagai mukjizat paling agung Nabi Muhammad SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –  Alquran melalui surat Ar Rad ayat 27 dan tafsirnya menjelaskan bahwa mukjizat bukan menjadi penyebab seseorang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. 

 

Baca Juga

Sebab hanya Allah SWT yang berkuasa memberi petunjuk agar orang-orang beriman, Allah SWT juga yang berkuasa menyesatkan siapapun yang Dia kehendaki.

 

وَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَآ اُنْزِلَ عَلَيْهِ اٰيَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖۗ قُلْ اِنَّ اللّٰهَ يُضِلُّ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ اَنَابَۖ “Dan orang-orang kafir berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?" Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk orang yang bertobat kepada-Nya." (QS Ar Rad ayat 27)

 

Ayat ini menurut Tafsir Kementerian Agama menerangkan, setelah Allah SWT menjelaskan bahwa orang-orang musyrik terpukau oleh fatamorgana kehidupan duniawi dan gembira dengan kenikmatan yang kecil, lalu Allah SWT menyebutkan akibat yang timbul dari sikap dan pandangan mereka yang keliru dengan mengajukan usul kepada Nabi Muhammad, agar kepada beliau diturunkan satu ayat dari Tuhan yang akan membuktikan kenabian dan kerasulannya. 

 

Di antara mereka adalah Abu Sufyan bin Harb (sebelum masuk Islam), Abdullah bin Abi Umayyah, dan kawan-kawannya. Mereka pernah mengatakan, "Mengapa tidak diturunkan kepada Muhammad SAW bukti-bukti sebagaimana yang telah diturunkan kepada para nabi dan rasul terdahulu, seperti jatuhnya langit berkeping-keping kepada mereka, mengubah Bukit Shafa menjadi emas, atau menggeser gunung-gunung dari sekitar kota Makah, sehingga tempat-tempat yang lowong itu dapat dijadikan kebun." 

 

Ucapan mereka yang lain disebut dalam Alquran, antara lain yang terdapat dalam ayat berikut. 

 

"بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الْأَوَّلُونَ "Bahkan mereka berkata (pula): "(Al Quran itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair, maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagai-mana rasul-rasul yang telah lalu di-utus." (QS Al Anbiya 5) 

 

Dengan ucapan-ucapan mereka yang semacam itu, seolah-olah semua tanda dan bukti nyata yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW seperti Alquran dan lain-lain, bukan bukti nyata kerasulannya yang mampu mendorong mereka untuk taat dan iman kepada Allah SWT, atau sebagai suatu kebenaran yang tak dapat diragukan lagi. 

 

Selanjutnya, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjelaskan kepada orang-orang musyrik tersebut bahwa turunnya bukti-bukti tersebut, tidak berperan menjadikan seseorang mendapat petunjuk atau menjadi sesat. Seluruhnya berada dalam kekuasaan Allah semata. 

 

Hanya Allah SWT yang kuasa menyesatkan orang yang dikehendaki-Nya, dan menuntun orang yang suka bertaubat ke jalan yang diridhai-Nya. Walaupun Nabi Muhammad SAW memiliki mukjizat yang membuktikan kerasulannya, namun hal itu tidak akan bermanfaat untuk menjadikan seseorang beriman. 

 

Yang harus ditempuh seseorang untuk beriman hanyalah bersikap rendah hati, taat, dan memohon hidayah kepada Allah SWT, untuk memperoleh keberuntungan di dunia dan di akhirat, serta terhindar dari tipu daya dan godaan setan. 

 

Bagi orang yang beriman, Alquran adalah mukjizat yang membuktikan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Sehingga tidak diperlukan bukti-bukti lain. Sebaliknya, orang-orang musyrik tenggelam dalam kesesatan dan keingkaran, sehingga bukti-bukti atau mukjizat apapun yang diperlihatkan Rasulullah tidak akan menjadikan mereka orang-orang yang beriman.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement