Selasa 01 Mar 2022 14:54 WIB

Melatih Shalat Khusyuk

Untuk mencapai kebahagiaan khusyukan dalam shalat bukanlah perkara yang mudah

Rep: Andrian Saputra/ Red: A.Syalaby Ichsan
Jamaah melaksanakan ibadah shalat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (11/2/2022). Ditengah lonjakan kasus Covid-19 di DKI Jakarta, Masjid Istiqlal melakukan pembatasan jumlah jamaah maksimal 50 persen serta jam operasional pengunjung untuk shalat subuh dari pukul 04.00 hingga 06.00 WIB dan shalat Zuhur, Ashar, Maghrib dan Isya dari pukul 11.00 hingga 20.30 WIB. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Jamaah melaksanakan ibadah shalat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (11/2/2022). Ditengah lonjakan kasus Covid-19 di DKI Jakarta, Masjid Istiqlal melakukan pembatasan jumlah jamaah maksimal 50 persen serta jam operasional pengunjung untuk shalat subuh dari pukul 04.00 hingga 06.00 WIB dan shalat Zuhur, Ashar, Maghrib dan Isya dari pukul 11.00 hingga 20.30 WIB. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, Shalat menjadi komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Allah Subahanahu wa Ta'ala. Sebab itu ketika seorang hamba shalat, haruslah melaksanakan dengan sungguh-sungguh, khidmat dan penuh konsentrasi. Shalatnya seorang hamba dengan penuh penyerahan dan kebulatan hati, sungguh-sungguh, penuh kerendahan hati itulah yang dinamakan dengan khusyuk. 

Kekhusyukan seseorang dalam shalat dapat terlihat dari gerakan anggota badan yang penuh khidmat dan konsentrasi saat shalat. Meski begitu untuk mencapai kebahagiaan khusyukan dalam shalat bukanlah perkara yang mudah. Seseorang harus terus melatih diri dan menghilangkan setiap hal-hal yang berpotensi mengganggu kekhusyukan shalat. Pendakwah dan pengajar di Pusat Studi Alquran, ustaz Faried F. Saenong memberikan kunci agar seorang Muslim bisa meraih kekhusyukan dalam shalatnya. 

Ustaz Faried yang juga alumni Tafsir Hadits Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengatakan yang membuat seseorang menjadi tidak khusyuk dalam shalat adalah karena adanya gangguan-gangguan pada hati dan pikirannya, sehingga hati dan pikiran menjadi sibuk oleh suatu hal, dan lupa terhadap bacaan, rakaat, atau gerakan shalat. Seseorang menjadi tidak khusyuk dalam shalatnya ketika memikirkan hal-hal lain di luar shalatnya. Maka setiap hal yang dapat mengganggu hati dan pikiran ketika shalat haruslah dihilangkan atau dihindarkan. 

"Terkadang ketika shalat muncul ide-ide, atau hal-hal yang tak pernah kita pikirkan, atau sebuah solusi atas masalah yang kita hadapi. Hal seperti itu harus kita hilangkan, karena itu mengganggu kekhusyukan shalat kita," kata ustaz Faried saat mengisi kajian virtual Bayt Alquran-Pusat Studi Alquran beberapa waktu lalu.

 

Ustaz Faried menjelaskan Imam Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub memberikan beberapa cara agar bisa menemukan kekhusyukan shalat. Diantaranya yakni dengan  melaksanakan shalat di tempat yang gelap. Sehingga seorang hamba tidak melihat apapun dan akan membuatnya lebih berkonsentrasi pada shalat. Sementara tentang shalat dengan mata terpejam, menurutnya terdapat perbedaan pendapat ulama. Ada sebagian ulama yang tidak setuju dengan shalat menutup mata, sementara sebagian lainnya membolehkan selama mendukung kekhusyukan shalat. 

Selain itu untuk melatih diri agar bisa shalat dengan khusyuk dapat dilakukan dengan shalat di tempat yang tidak terdengar suara atau kebisingan. Sebab menurut ustaz Faried, suara-suara dapat memecah konsentrasi seseorang yang sedang shalat. Maka dari itu, seorang Muslim dapat mendesain ruang shalatnya sedemikian rupa sehingga kedap suara untuk mendukung kekhusyukan shalat. Selain itu tidak mengenakan sajadah, atau pakaian yang bermotif atau bertulis dan sebagainya yang menjadikan orang yang shalat hilang kekhusyukan karena melihat atau membacanya. 

Ustaz Faried menjelaskan ada sejumlah riwayat yang menjelaskan tentang bagaimana Rasulullah mengajarkan para sahabat dan umatnya agar terhindar dari shalat yang tidak khsuyuk. Diantaranya ketika Rasulullah dihadiahi oleh seorang sahabat sebuah baju yang memiliki motif-motif. Kemudian ketika hendak shalat, Rasulullah melepas baju tersebut. Ustaz Faired menjelaskan hal itu dilakukan Rasulullah untuk memberi pendidikan kepada para sahabat agar lebih khusyuk dalam shalat. 

Shalat khusyuk begitu berharga. Sebab itu dalam sebuah riwayat dijelaskan seorang tabi'in melaksanakan shalat di kebun kurma. Kemudian ia melihat pohon kurma yang buahnya lebat. Hal itu membuatnya tidak khusyuk dalam shalat. Bahkan itu membuatnya lupa jumlah rakaat shalatnya. Tabi'in itu lalu menceritakan kepada Utsman bin Affan. Setelahnya tabi'in itu menyedekahkan kebun tersebut untuk kemaslahatan umat. 

Ustaz Faried menjelaskan dalam sebuah riwayat lain dijelaskan tentang beberapa perbuatan yang dapat membuat hilangnya kekhusyukan shalat. Yaitu menoleh ketika shalat, mengusap wajah ketika shalat, menghitung-hitung batu (atau benda apapun) ketika shalat, selain itu shalat di depan orang-orang yang berpotensi lewat di depannya seperti shalat di tengah pasar atau mal dan lainnya. 

"Jadi membangun shalat khusyuk itu denhan menghindari hal-hal non fisik (yang merusak kekhusyukan) seperti hati, pikiran, melihat dan berpikir tentang baju, tikar, dan lainnya. Dan hal fisik seperti menoleh, mengusap muka," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement