Sabtu 26 Feb 2022 21:50 WIB

Banyak Berita Membuat Cemas, Ini Cara Menghadapinya

Paparan berita negatif bisa memicu kondisi 'headline anxiety'.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Paparan berita negatif bisa memicu kondisi 'headline anxiety'.
Foto: www.freepik.com.
Paparan berita negatif bisa memicu kondisi 'headline anxiety'.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai portal berita saat ini masih diramaikan dengan informasi-informasi yang cukup menyeramkan, mulai dari situasi pandemi yang tak kunjung usai hingga pengeboman Ukraina. Bagi sebagian orang, paparan berita bernada negatif bisa memicu kondisi yang dikenal sebagai headline anxiety.

"Saya pikir semua orang mengalami kecemasan dengan tingkat yang beragam mengenai apa yang terjadi saat ini di dunia," ujar Associate Professor di bidang ilmu psikiatri dan perilaku di Northwestern University, Michael Ziffra, seperti dilansir WebMD, Sabtu (26/2/2022).

Baca Juga

Kecemasan pada dasarnya merupakan reaksi yang normal pada manusia. Hal ini juga termasuk perasaan cemas ketika membaca atau menonton berita. Akan tetapi, kecemasan bisa menjadi masalah bila berlebihan.

"Tanda (konsumsi berita) sudah terlalu berlebihan adalah ketika Anda tak bisa berhenti atau menarik diri dari berita tersebut," ungkap Ziffra.

Membaca atau menonton berita juga bisa menjadi masalah bila seseorang menghabiskan terlalu banyak waktu karena terobsesi tentang berita bernada negatif. Obsesi ini bahkan bisa sampai mengganggu pekerjaan atau kehidupan.

"Jelas, apa yang kita alami saat ini belum pernah terjadi sebelumnya, semua terjadi dalam satu waktu, pandemi berkepanjangan, kekacauan politik, perang, perubahan iklim," jelas Ziffra.

Berita-berita bernada negatif bisa menjadi stresor. Paparan stresor jangka panjang bisa memperburuk kecemasan. Meski efek stres jangka panjang bisa berbeda pada setiap orang, banyak yang merasakan depresi, kecemasan, gangguan tidur, dan kelelahan.

Mengetahui kapan sesuatu akan mulai dan berakhir bisa membantu orang-orang lebih mengelola reaksi mereka terhadap sesuatu tersebut. Namun sebagian situasi penuh tekanan yang terjadi saat ini masih diliputi oleh ketidakpastian.

"Kita masih tidak tahu apa yang akan terjadi dengan pandemi atau konflik Rusia dan Ukraina," ujar Ziffra.

Di tengah kondisi seperti ini, Ziffra mengungkapkan ada lima hal yang bisa dilakukan agar terhindar dari kecemasan yang dipicu oleh paparan berita negatif berlebih atau headline anxiety. Berikut ini adalah kelima hal tersebut, seperti dilansir WebMD.

Hindari Topik Berita yang Memicu Stres

Coba kenali pemberitaan atau isu apa saja yang mudah memicu stres atau kecemasan. Ketahui pula kata-kata yang kerap berkaitan dengan berita tersebut. Setelah itu, coba saring agar kata-kata tersebut tidak muncul di berbagai platform media sosial yang digunakan.

 

Batasi Konsumsi Berita

Membaca berita tentu bukan hal yang negatif. Sebaliknya, membaca berita bisa membantu masyarakat mendapatkan informasi terkini mengenai apa pun. Merupakan hal yang sehat juga bila memiliki ketertarikan pada berita atau peristiwa saat ini.

Akan tetapi, sikap obsesif dalam mengonsumsi berita bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental. Agar terhindar dari sikap obsesif dalam mengonsumsi berita, coba batasi waktu saat mengunjungi portal berita atau menonton berita di televisi.

 

Bijak Bermedsos

Media sosial bisa semakin memperkuat efek yang didapatkan dari terlalu banyaknya paparan berita dan informasi. Hal baru mengenai suatu berita atau informasi akan selalu muncul tanpa henti di media sosial. Latih kontrol diri agar tidak menggunakan media sosial secara berlebih.

 

Kelola Stres

Pengelolaan stres yang baik bisa menjadi cara yang efektif dalam menekan kecemasan yang dipicu oleh berita negatif. Beberapa trik yang dapat membantu mengelola stres adalah olahraga rutin, tidur cukup, dan menjaga asupan makan yang bergizi.

 

Pahami

Terlepas dari apa yang terjadi, Ziffra mengatakan orang-orang perlu memahami bahwa kecemasan yang timbul dari paparan berita merupakan fenomena yang umum saat ini. Alasannya, masyarakat dunia saat ini hidup dalam ketidakpastian dan ketidakpastian kerap memicu kecemasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement