Ahad 27 Feb 2022 01:30 WIB

Survei: Konsep Islam Jalan Tengah Dongkrak Elektabilitas PAN dan Zulhas  

Survei IPO menyebut elektabilitas PAN mengungguli Nasdem dan PKS

Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan (berdiri) didampingi Pasha Ungu (berpeci) melakukan konsolidasi politik di Jawa Tengah (ilustrasi).Survei menyebutkan elektabilitas PAN mengungguli Nasdem dan PKS
Foto: istimewa/doc humas
Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan (berdiri) didampingi Pasha Ungu (berpeci) melakukan konsolidasi politik di Jawa Tengah (ilustrasi).Survei menyebutkan elektabilitas PAN mengungguli Nasdem dan PKS

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Gagasan soal Islam Tengah yang akhir-akhir ini digaungkan Zulkifli Hasan membuahkan hasil politis yaitu popularitas dan elektabilitas terpantau meningkat mengungguli Nasdem dan PKS. 

Hal itu terlihat dari paparan hasil survei Indonesia Political Opinion (IPO), di mana PAN berhasil memperoleh angka keterpilihan sebesar 5.0 persen, sementara PKS cenderung menurun hanya sebesar 4.3 persen, dan Nasdem 4.6 persen.

Baca Juga

Posisi ini konsisten dengan perolehan hasil survei pada periode Agustus 2021 yang lalu, di mana PAN berhasil berada di posisi 7 dengan 5.8 persen, dan PKS 4.9 persen. Sementara Nasdem sebelumnya masih lebih unggul dari PAN yakni sebesar 7.8 persen.

“Peningkatan perlahan PAN jika dilihat dari urutan waktu berdekatan dengan kampanye Zulhas soal Islam tengah, terlebih memang ada semacam pertentangan opini antara kelompok Islam radikal dan plural, sehingga memungkinkan gagasan itu berbuah simpati dan dukungan publik pada Zulhas, juga PAN,” kata Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah, dalam keterangannya, Sabtu (26/2/2022).  

Menurut Dedi, posisi PAN dalam persepsi publik terkait keterpilihan jika Pemilu dilaksanakan hari ini tidak lagi mengagetkan, pasalnya temuan pergerakan elektabilitas PAN mulai terlihat sejak survei periode sebelumnya. 

Hal ini diyakini karena PAN berhasil memperkuat jaringan pemilih ditingkat bawah. “Jika membandingkan popularitas PAN di ruang siber, perbincangan media sosial, mungkin tidak signifikan, tetapi fakta di tingkat bawah dan dalam sebaran nasional, PAN cukup disukai dan dipilih,” kata Dedi Kurnia. 

Analisa Dedi, selain PAN, Zulhas juga alami peningkatan yang lebih baik. bahkan dalam tataran tokoh paling disukai, Zulhas mampu mengungguli nama-nama populer seperti Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, dan Puan Maharani.

“Ini penanda baik, bahwa Parpol yang populer karena promosi politik di ruang maya dan udara, masih dapat diimbangi secara signifikan oleh Parpol yang lakukan kerja langsung di masyarakat, pelibatan publik dalam aktifitas politik diperlukan guna meneguhkan elektabilitas,” tutur Dedi. 

Lebih lanjut Dedi menuturkan, jika Parpol ingin dikenal dan disukai publik, sekurangnya perlu lakukan tiga hal. Fokus pada promosi politik saja hanya akan membuat Parpol terkenal, tetapi belum tentu mendapatkan konversi keterpilihan dan kesukaan.

Dia menegaskan tiga hal penting bagi Parpol, harus punya gagasan dan ide yang mudah dipahami, terlibat dan melibatkan publik dalam agenda politik, serta menjalankan program pertanggungjawaban sosial politik. 

“Zulhas dan PAN rasanya telah memilih gagasan Islam tengah sebagai solusi persoalan bangsa saat ini, dan itu terlihat berhasil,” kata dia. 

Wawancara penelitian ini dilakukan melalui sambungan telepon kepada responden. Dengan merujuk data populasi sebanyak 196.420 yang dimiliki IPO sejak periode survei pada 2019-2021. 

Dari total populasi tersebut terdapat 7200 responden yang memungkinkan untuk menjadi responden hingga terambil secara acak sejumlah 1220 responden yang dijadikan informan dalam penelitian periode ini.

Metode ini memiliki pengukuran kesalahan (margin of error) 2.90 persen, dengan tingkat akurasi data 95 persen. Setting pengambilan sample menggunakan teknik multistage random sampling (MRS), atau pengambilan sample bertingkat. Survei ini berhasil mengambil representasi sample yang tersebar proporsional dalam skala nasional.

Dengan teknik ini setiap anggota populasi (responden) miliki peluang setara untuk dipilih atau tidak menjadi responden. Untuk menguji validitas responden, IPO melakukan spot check pada 15 persen dari total populasi sample dan pengujian metode pra-research.      

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement