Sabtu 26 Feb 2022 11:20 WIB

Pengungsi Gempa Pasaman Barat Mulai Demam dan Batuk-batuk

Kondisi pengungsian yang tak memadai membuat sejumlah pengungsi jatuh sakit

Rep: Febrian Fachri/ Red: Christiyaningsih
Warga mengungsi ke tempat yang lebih aman pascagempa di Nagari Pinagar, Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat, Jumat (25/2/2022). Kondisi pengungsian yang tak memadai membuat sejumlah pengungsi jatuh sakit.
Foto: ANTARA/Muhammad Arif Pribadi/aww.
Warga mengungsi ke tempat yang lebih aman pascagempa di Nagari Pinagar, Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat, Jumat (25/2/2022). Kondisi pengungsian yang tak memadai membuat sejumlah pengungsi jatuh sakit.

REPUBLIKA.CO.ID, PASAMAN BARAT- Ribungan warga Pasaman Barat mengungsi di sejumlah tenda pengungsian pascagempa bermagnitudo 6,2 kemarin, Jumat (25/2/2022). Jumlah pengungsi terbanyak berada di Halaman Kantor Bupati Pasaman Barat di Lingkuang Aua.

Pantauan Republika di lokasi pada Sabtu (26/2), banyak pengungsi yang mengantre meminta obat-obatan di posko yang didirikan pemda dan polisi. Karena kurang istirahat dan pasokan makanan sejak kemarin, sudah ada pengungsi yang mengalami demam dan batuk-batuk.

Baca Juga

Sejak pascagempa kemarin, cuaca di Pasaman Barat kerap hujan. Sementara pengungsi hanya membawa pakaian yang dikenakan sejak kemarin. Salah seorang pengungsi, Risdawati (54), mengatakan ia tidak dapat tidur tadi malam lantaran tenda yang didirikan pemda tidak cukup menampung jumlah pengungsi yang terus berdatangan.

“Saya tidak bisa duduk di lantai karena sakit pinggang. Saya harus duduk di kursi agar bisa istirahat,” kata Risdawati. Ia sekarang juga mengeluhkan sakit kapala dan demam karena kedinginan.

Salah seorang dokter polisi yang bertugas di area pemukiman, Adek, mengatakan timnya sudah melakukan pengecekan darah dan cek tensi kepada sebagian pengungsi. Ia menyebut kebanyakan pengungsi mengalami tekanan darah tinggi akibat semalaman begadang.

Selain itu, Adek juga mengatakan sebagian pengungsi juga memiliki riwayat sudah mengonsumsi obat tekanan darah tinggi. “Yang banyak mengeluhkan gejala lansia dan anak-anak,” ujar Adek.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement