Sabtu 26 Feb 2022 09:46 WIB

Ekonomi Kota Malang Diklaim Tumbuh 4,21 Persen

Pertumbuhan ekonomi Malang didorong oleh sektor perdagangan besar dan eceran.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Friska Yolandha
Juru masak membuat kue cokelat di gerai Dapur Cokelat, Malang, Jawa Timur, Jumat (11/2/2022). Geliat perekonomian Kota Malang terus menunjukkan tanda-tanda pemulihan pascapandemi Covid-19.
Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Juru masak membuat kue cokelat di gerai Dapur Cokelat, Malang, Jawa Timur, Jumat (11/2/2022). Geliat perekonomian Kota Malang terus menunjukkan tanda-tanda pemulihan pascapandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Geliat perekonomian Kota Malang terus menunjukkan tanda-tanda pemulihan pascapandemi Covid-19. Hal ini diperkuat dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 4,21 persen, sebagaimana dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Jumat (25/2/2022).

Wali Kota Malang, Sutiaji mengatakan, kenaikan yang cukup signifikan ini tidak lepas dari kerja keras seluruh komponen pemangku kepentingan di Kota Malang. Hal ini termasuk berbagai upaya kebijakan stimulus ekonomi dan keteguhan untuk terus membangun infrastruktur terintegrasi.

Baca Juga

"Hingga jaring pengaman sosial di masa-masa sulit pandemi sepanjang kurun waktu 2020 hingga 2021," kata Sutiaji dalam pesan resmi yang diterima.

Sutiaji pada dasarnya menyambut baik capaian pertumbuhan ekonomi yang melebihi prediksi awal pada kisaran 3,5 persen hingga 4 persen. Capaian ini patut disyukuri dan diharapkan momentumnya ini dapat terus terjaga. Salah satunya dengan berkolaborasi menguatkan sendi perekonomian dan menjaga kondusivitas wilayah.

Berdasarkan publikasi Kota Malang Dalam Angka (MDA) Tahun 2022, nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku Kota Malang juga naik dari Rp 72,16 triliun (2020) menjadi Rp 76,62 triliun (2021). Sektor perdagangan besar dan eceran masih menjadi kontributor terbesar PDRB, yakni 29,09 persen. Kemudian disusul industri pengolahan sebesar 26,72 persen dan konstruksi sebesar 12,39 persen. 

Sementara itu, angka inflasi year on year (yoy) terkendali pada kisaran 1,75 persen. Capaian ini menjadi indikasi bahwa daya beli masyarakat mulai pulih. 

Pria berkacamata ini meminta seluruh pihak tetap waspada karena pandemi belum berakhir. Dampak penyebaran omicron dan dinamika jelang tahun politik yang acap memunculkan tantangan kondusivitas. Ditambah lagi, peta geopolitik dunia yang sedang memanas sehingga perlu diantisipasi.

Menurut Sutiaji, kunci untuk menghadapi itu semua dengan penguatan pada ekonomi kerakyatan. Kemudian melakukan digitalisasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), wisata berdaya saing dan sumber daya manusia ekonomi kreatif yang berorientasi entrepreneur. "Didukung dengan ekosistem dan infrastruktur yang baik, Insya Allah kita optimis bangkit bersama,” ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement