Sabtu 26 Feb 2022 21:19 WIB

Gedung Putih Takut Undang Elon Musk untuk Ketemu Joe Biden

Gedung Putih dilaporkan takut mengundang Elon Musk bertemu Presiden Joe Biden.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
SpaceX owner and Tesla CEO Elon Musk reacts during a conversation with legendary game designer Todd Howard (not pictured) at the E3 gaming convention in Los Angeles, California,.U.S., June 13, 2019. (Reuters/Mike Blake)
SpaceX owner and Tesla CEO Elon Musk reacts during a conversation with legendary game designer Todd Howard (not pictured) at the E3 gaming convention in Los Angeles, California,.U.S., June 13, 2019. (Reuters/Mike Blake)

Gedung Putih dilaporkan takut mengundang Elon Musk, khawatir akan menjadi tamu yang buruk jika diundang bertemu dengan Presiden Joe Biden. Elon Musk sering menjadikan Biden sebagai target ejekan di Twitter.

Beberapa penasihat utama Biden konon telah memperingatkan agar tidak mengundang Musk ke Gedung Putih karena khawatir dia akan mengatakan sesuatu yang mempermalukan pemerintah.

Miliarder itu telah berulang kali mengecam Gedung Putih karena gagal menyebutkan Tesla saat membahas rencananya untuk investasi nasional besar dalam kendaraan listrik.

Baca Juga: Dituding Langgar Undang-undang saat Jual Saham, Elon Musk dan Saudaranya Diperiksa Komisi AS

Melansir New York Post di Jakarta, Jumat (25/2/22) Biden dan penasihat dekatnya dikatakan kesal dengan kritik publik Musk dan tidak memiliki rencana untuk mengundangnya ke Gedung Putih untuk acara mendatang.

Ketika CNBC bertanya tentang kekhawatiran nyata Gedung Putih, Musk menjawab dengan sepasang emoji berguling di lantai sambil tertawa dan menyarankan kehadirannya di pertemuan mendatang tidak boleh menjadi perhatian.

"Mereka tidak perlu khawatir," kata Musk. "Aku akan melakukan hal yang benar."

Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki dan yang lainnya telah menyarankan bahwa Tesla telah dilecehkan dari acara bisnis karena pabrik-pabrik perusahaan tidak berserikat.

Pada bulan Januari, Biden bertemu dengan CEO Ford dan General Motors saat mempromosikan Build Back Better Bill dan mengklaim bahwa perusahaan seperti GM dan Ford sedang membangun lebih banyak kendaraan listrik di AS daripada sebelumnya.

Penghinaan itu tampaknya membuat Musk marah. Bulan lalu, ia menyebut Biden sebagai boneka kaus kaki basah dalam bentuk manusia. Ia juga mengklaim presiden telah memperlakukan publik Amerika seperti orang bodoh.

“Itu sampai ke titik, dengan meriah, di mana tidak ada seorang pun di pemerintahan yang diizinkan untuk mengucapkan kata 'Tesla'! Kemarahan publik dan tekanan media tentang pernyataan itu memaksanya untuk mengakui bahwa Tesla memang memimpin industri EV," kata Musk kepada CNBC.

Baru belakangan ini Biden menyebutkan perusahaan Musk untuk pertama kalinya. Pada 8 Februari, presiden menyebut Tesla sebagai produsen kendaraan listrik terbesar di AS.

Musk berpendapat bahwa Biden sengaja mengabaikan Tesla di setiap kesempatan. Pasalnya, Biden menggembar-gemborkan perusahaan lain. Terlepas dari ketegangan, Musk juga meremehkan keparahan keretakannya dengan Biden dan pejabat Gedung Putih lainnya. Namun, ia menegaskan bahwa perseteruan tidak sepenuhnya benar.

"Saya tidak menentang Biden, selain dari kekhawatiran umum tentang lebih banyak pengeluaran defisit, yang akan berlaku untuk presiden mana pun, dan secara aktif mendukung pemilihan Obama-Biden," kata Musk.

Meski demikian, seorang juru bicara Gedung Putih memuji Musk dalam sebuah pernyataan kepada CNBC.

"Tesla telah melakukan hal-hal luar biasa untuk kendaraan listrik dan itulah sebagian besar mengapa seluruh industri sekarang tahu EV adalah masa depan," ujar juru bicara tersebut.

Tetapi pemerintah juga mengecam Musk yang telah menentang subsidi federal untuk kendaraan listrik yang termasuk dalam RUU Build Back Better. Undang-undang tersebut telah disahkan DPR tetapi terhenti di Senat.

“Tesla juga sangat diuntungkan dari kredit pajak EV masa lalu, tetapi sayangnya, CEO mereka telah menyarankan penentangan terhadap kredit pajak EV baru,” tambah juru bicara Gedung Putih.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement