Kamis 24 Feb 2022 19:15 WIB

Lukaku Belum Terbangun dari Tidur Panjang

Ini kedua kalinya, Lukaku berkostum London Biru.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Muhammad Akbar
Reaksi pemain Chelsea Romelu Lukaku pada pertandingan leg pertama semifinal Piala Carabao Inggris antara Chelsea FC dan Tottenham Hotspur di London, Inggris, Kamis (6/1/2022) dini hari WIB.
Foto: EPA-EFE/ANDY RAIN
Reaksi pemain Chelsea Romelu Lukaku pada pertandingan leg pertama semifinal Piala Carabao Inggris antara Chelsea FC dan Tottenham Hotspur di London, Inggris, Kamis (6/1/2022) dini hari WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pada pertengahan Agustus tahun lalu, sebuah mega transfer terjadi dalam sepak bola. Romelu Lukaku menuju Chelsea. 

Ia meninggalkan Inter Milan. Selama dua musim, Lukaku memperkuat Nerazzurri. Tepatnya dari 2019 hingga 2021.
 
Dalam rentang waktu tersebut, ia tampil dalam 95 laga di berbagai ajang, dan mencetak 64 gol. Sang bomber menemukan kenyamanan. Ia berada di klub yang menjadikannya sebagai penyerang nomor satu.
 
Tapi pada akhirnya, Lukaku tetap bergabung dengan the Blues. Ini kedua kalinya, ia berkostum London Biru. Pria Belgia itu merasa lebih matang saat kembali ke Inggris.
 
Demi mendapatkan sosok yang juga pernah membela Manchester United ini, Chelsea mengeluarkan dana 113 juta euro. Sebuah angka fantastis. Tentu, ia diharapkan menjadi sosok pembeda di lini depan klub tersebut.
 
Namun berjalannya waktu, Lukaku seperti terlelap. Ia sulit terbangun dari tidur panjang. Ia mulai menunjukkan sikap plin-plan.
 
Pada Desember 2021, sang bomber memicu kegemparan. Situasi bermula dari wawancara yang bersangkutan dengan Sky Sport Italia. Intinya ia merasa bersalah meninggalkan Inter, dan berharap bisa kembali ke klub tersebut, suatu saat nanti.
 
Beberapa kalangan merespon hal ini. Lukaku dinilai tidak menunjukkan sikap yang tepat di level profesional. Ia sempat mendapat hukuman dari Tuchel. Ia tak disertakan di sejumlah pertandingan.
 
Tapi setelahnya, situasi kembali kondusif. Jebolan akademi Anderlecht itu diberi kesempatan unjuk gigi. Rupanya penampilan pesepakbola kelahiran Antwerp itu masih jauh dari kata meyakinkan. 
 
Sepanjang musim ini bergulir, Lukaku baru mencetak 10 gol dari 28 laga di berbagai ajang. Tuchel mulai gerah. Teranyar, sang arsitek sama sekali tak memainkan sosok bernomor punggung sembilan itu saat Chelsea bertemu OSC Lille di pentas Liga Champions.
 
Dalam sebuah pernyataan, pria Jerman itu mengaku hanya ingin mengistirahatkan anak asuhnya. Tapi fakta menunjukkan Lukaku tampil buruk sewaktu the Blues jumpa Crystal Palace. Dalam pertandingan tersebut, yang bersangkutan hanya membuat tujuh sentuhan.
 
Ini mendasari keputusan Tuchel, beberapa hari kemudian. Sejumlah pengamat mulai bersuara. Dimulai dari Joe Cole. Tokoh yang pernah berseragam Chelsea dan timnas Inggris ini, berharap yuniornya bertanggung jawab dengan pilihan yang sudah dibuat,
 
"Dalam situasi yang dia alami, dia tidak bisa mendambakan untuk kembali ke Italia. Dia mendapatkan kesempatan untuk menjadi pemain nomor sembilan di sini," ujar Cole, dikutip dari BT Sport.
 
Belakangan, rumor kembalinya Lukaku ke Negeri Spaghetti mulai terdengar lagi. Menurut Gazzetta, pria 28 tahun itu berharap bisa balik ke Inter. Dia berhubungan baik dengan beberapa beberapa petinggi Nerazzurri. Ia bahkan siap menerima pemotongan gaji. 
 
Legenda hidup Arsenal, Thierry Henry berharap sang bomber menghadapi kenyataan di depan mata. Ia menilai solusi terbaik untuk Lukaku adalah harus bekerja keras agar bisa beradaptasi dengan gaya permainan the Blues. 
 
"Mereka suka menekan, aktif, dan tiga pemain depannya berpindah-pindah. Dia suka berada di tengah, sehingga membuatnya sulit menyesuaikan diri dengan situasi," ujar Henry kepada CBS, dikutip dari Football Italia.
 
Berikutnya, Fabio Capello ikut memberikan argumentasinya. Capello memiliki segudang pengalaman melatih. Ia sampai mengetahui penyebab Lukaku sukses bersama Nerazzurri dan kesulitan di Stamford Bridge.
 
Mennurut Capello, penyerang tersebut, sangat cocok dengan gaya serangan balik ala Antonio Conte. Itu membuat yang bersangkutan memiliki banyak ruang bereskpresi. Dengan keunggulan fisik yang dimiliki, ia bisa menghancurkan pertahanan beberapa tim Serie A.
 
"Namun, Chelsea memainkan jenis sepakbola yang sangat berbeda. Ada banyak umpan pendek dan Lukaku tidak memiliki ruang yang sama untuk bergerak. Dia juga menemukan bahwa di Inggris para bek memiliki fisik yang mirip dengannya," tutur Capello, menjelaskan.
 
Menarik dinantikan, bagaimana kiprah sang bomber di sisa musim ini. Apakah ia bisa bangkit dari keterpurukkan atau semakin terlelap di tidur panjangnya?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement