Rabu 23 Feb 2022 05:51 WIB

Yenny Wahid: Teknologi Beri Ruang untuk Perempuan

Saat ini Indonesia masih kekurangan programmer, apalagi programmer perempuan.

Rep: My40/My41/ Red: Fernan Rahadi
Pendiri Pondok Pesantren Qoryatus Salam, Yenny Wahid, dalam acara Pembukaan Ponpes Programmer Pondok Pesantren Koding Qoryatus Salam yang berlokasi di Taraman, Ngaglik, Sleman, Selasa (22/2/2022).
Foto: Tangkapan layar Zoom
Pendiri Pondok Pesantren Qoryatus Salam, Yenny Wahid, dalam acara Pembukaan Ponpes Programmer Pondok Pesantren Koding Qoryatus Salam yang berlokasi di Taraman, Ngaglik, Sleman, Selasa (22/2/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dalam bidang teknologi, masih ada ketimpangan yang besar antara laki-laki dan perempuan. Dalam sebuah survei, hanya tiga persen anak perempuan mengaku ingin berkarier dalam bidang teknologi. Bahkan 80 persen lebih tidak mengetahui tokoh-tokoh perempuan pada bidang teknologi. 

Pendiri Pondok Pesantren Qoryatus Salam, Yenny Wahid, mengatakan semua ini harus diubah karena teknologi adalah jalan menuju masa depan yang lebih cerah. Saat ini Indonesia masih kekurangan programmer, apalagi programmer perempuan.

"Artinya banyak kesempatan di sana, banyak cara agar anak-anak perempuan bisa difasilitasi agar lebih berdaya ke depannya nanti. Teknologi memberikan ruang bagi masyarakat khususnya perempuan untuk bisa berkontribusi secara positif, baik bagi dirinya, keluarganya, maupun bagi masyarakat," tutur Yenny, dalam acara Pembukaan Ponpes Programmer Pondok Pesantren Koding Qoryatus Salam yang berlokasi di Taraman, Ngaglik, Sleman, Selasa (22/2/2022).

Country General Manager Amazon Web Services (AWS) Indonesia, Gunawan Susanto, mengatakan pesantren ini akan menjadi model sarana pemberdayaan perempuan melalui pemberian kesempatan belajar di bidang teknologi informasi serta menjadi contoh bagaimana pengelolaan pesantren dapat dilakukan secara modern melalui digitalisasi. Mulai dari penggunaan sistem informasi pesantren untuk pengelolaan kurikulum sampai dengan digitalisasi transaksi keuangan. 

"Kami berharap ini menjadi langkah awal yang baik dalam menambah kurikulum berbasis teknologi informasi ke dalam pendidikan pesantren dan keberadaan pesantren koding ini akan semakin meluas ke daerah-daerah lainnya di Indonesia," kata Gunawan. 

Sementara itu, Direktur Utama Fortress Data Service (FDS) Group, Sutjahyo Budiman, mengatakan FDS Group sudah sejak dua tahun menantikan terwujudnya pesantren ini. 

"Dua tahun bukanlah waktu yang singkat. Pesantren Koding Qoryatus Salam sudah melakukan lompatan yang jauh, dengan perencanaan ekosistem sejak awal didukung oleh partner yang mendunia seperti AWS dan mempunyai kustomer yang siap menggunakan output pesantren ini seperti FDS Group," kata Sutjahyo.

Pondok Pesantren Koding Qoryatus Salam menjadi pesantren perempuan pertama di Indonesia yang akan memfokuskan diri pada pengembangan keterampilan teknologi informasi bagi perempuan. Pesantren ini menjadi salah satu titik awal dimulainya pemberdayaan pesantren dan masyarakat mikro secara langsung di dunia teknologi dan informasi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement