Selasa 22 Feb 2022 19:19 WIB

Situasi Umat Islam di Asia Memperihatinkan, Ada Apa?

Para ahli prihatin dengan situasi yang dialami umat Islam di Asia.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko
Mahasiswa dari Universitas Karachi meneriakkan slogan-slogan menentang India setelah seorang gadis Muslim di negara bagian Karnataka ditolak masuk ke perguruan tinggi karena menentang larangan hijab negara bagian, di Karachi, Pakistan, 14 Februari 2022.
Foto: EPA-EFE/SHAHZAIB AKBER
Mahasiswa dari Universitas Karachi meneriakkan slogan-slogan menentang India setelah seorang gadis Muslim di negara bagian Karnataka ditolak masuk ke perguruan tinggi karena menentang larangan hijab negara bagian, di Karachi, Pakistan, 14 Februari 2022.

IHRAM.CO.ID,  ISTAMBUL -- Para ahli prihatin dengan situasi yang dialami umat Islam di Asia.  "Para pemimpin politik di Asia memperburuk masalah sentimen anti-Muslim dengan memberikan pidato-pidato yang menghasut untuk keuntungan pemilu," kata Hassan Abdein, kepala departemen Muslim dan Minoritas di OKI, pada Sabtu 19 Februari 2022 dalam seminar internasional dua hari tentang Muslim dan hak asasi manusia di Istanbul.

Abdein mengatakan Asia adalah rumah baru kapitalisme, dan meskipun jauh lebih beragam daripada di tempat lain, menampung ratusan orang etnis dari berbagai negara. Namun Asia juga menderita populisme elektoral yang gelap, salah satu efek eksploitatif globalisasi, menurut Abdein.

Baca Juga

Di balik pakaian keamanan nasional, ia memandanv, Muslim justru menjadi sasaran dan dikriminalisasi di seluruh benua. “Baik di Myanmar dan Sri Lanka, kami melihat satu kelompok tertentu memobilisasi ujaran kebencian,” kata Abdein, merujuk pada biksu Buddha yang secara terbuka menyerukan genosida terhadap Muslim.

Akademisi tersebut mengatakan karena umat Buddha telah menjadi minoritas di anak benua Asia, India yang didominasi Hindu. Mereka telah merekayasa narasi korban untuk memobilisasi populasi Buddha di negara-negara mayoritas Buddha seperti Myanmar dan Sri Lanka.

Abdein mendesak hadirin untuk menemukan cara untuk melawan perang agama ini, karena mengabaikan sentimen anti-Muslim hanya akan memberi agresor lebih banyak ruang dan kesempatan. "Kita perlu merayakan kepemimpinan yang mengambil langkah nyata setelah Serangan Christchurch," kata Abdein.

Dia juga memuji Pertemuan Darurat yang diadakan di Istanbul pada 2019 untuk membahas serangan teroris di dua masjid di Selandia Baru. Duta Besar Zamir Akram, Mantan Wakil Tetap Republik Islam Pakistan untuk PBB, mengatakan bahwa meskipun lebih dari 200 juta Muslim tinggal di India, sebuah versi fasisme sedang berlangsung di tangan Hindutva.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement