Senin 21 Feb 2022 11:28 WIB

Konsumen Keluhkan Tahu dan Tempe di Pasar Rawasari Kosong

Perajin tahu tempe di Jabodetabek kompak mogok produksi atau di-sweeping temen.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Perajin menata tempe di industri rumahan di Jakarta, Kamis (22/10/2020). Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia menyatakan, perajin tahu tempe se-Jabodetabek kompak mogok produksi.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Perajin menata tempe di industri rumahan di Jakarta, Kamis (22/10/2020). Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia menyatakan, perajin tahu tempe se-Jabodetabek kompak mogok produksi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah konsumen di Pasar Rawasari, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat (Jakpus), mengeluhkan kelangkaan stok tempe dan tahu akibat perajin di seluruh Jabodetabek melakukan aksi mogok produksi selama tiga hari. Berdasarkan pantauan di Pasar Rawasari, sejumlah lapak pedagang yang biasa menjajakan tahu dan tempe tampak kosong.

"Iya kok kosong semua. Padahal, saya mau beli tahu tempe, bingung juga, karena orang tua saya tidak makan ikan dan daging. Semoga secepatnya harga kedelai bisa normal lagi," kata salah satu konsumen Rahma saat ditemui di Pasar Rawasari, Jakpus, Senin (21/2/2022).

Baca Juga

Sementara itu, Jangkung, salah satu tukang sayur yang mengambil tahu tempe di Pasar Serdang, Kecamatan Kemayoran, Jakpus, juga terpaksa tidak menjajakan tahu dan tempe di gerobaknya. "Ya memang dari Jumat itu harga sudah mahal. Jadi, saya ambil tahu tempenya juga tidak banyak seperti biasa. Sekarang sudah tidak kaget lagi kalau dari pasar induk tidak jual. Sudah dibilangin mau mogok," kata Jangkung.

Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jakpus, Khairun mengatakan, aksi mogok produksi dilakukan serentak oleh seluruh perajin tahu tempe di Jabodetabek. "Semua produsen di Jabodetabek udah tutup karena kalau tidak ditutup akan di-sweeping oleh teman-teman kita juga, karena ini serentak dilakukan," katanya.

Khairun menjelaskan, aksi itu terpaksa dilakukan agar pemerintah yakni Kementerian Perdagangan dapat melakukan intervensi atas tingginya harga kedelai impor yang saat ini mencapai Rp 12.000 per kilogram (kg) di tingkat perajin. Padahal, harga kedelai impor normalnya berkisar Rp 9.500 sampai Rp 10.000 per kg.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement