Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deffy Ruspiyandy

Tentang Kenikmatan Menulis

Gaya Hidup | Monday, 21 Feb 2022, 08:29 WIB

Penulis bekerja untuk menulis. Ketertarikan terhadap dunia menulis bukan ketertarikan seperti bercocok tanam atau menjadi kolektor batu akik. Menerjuni dunia kepenulisan menjanjikan beragam kenikmatan dan hanya penulis yang sudah memahami tentang menulis itu salah satu bagian terpenting dari kehidupannya, maka kenikmatan-kenikmatan itu akan dirasakan setiap harinya. Karena kenikmatan menulis pun bukan seperti menyeruput secangkir kopi atau nikmatnya menyantap semangkuk mie baso.

Aktivitas menulis memberi kenikmatan tersendiri. (FOTO : Prayogi/Repbulika.co.id)

Kenikmatan menulis tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Jika anda memang seorang penulis sejati maka akan merasakan beban berat ketika tak mampu menuangkan ide yang ada di kepala. Ketika hal itu terjadi maka seorang penulis akan berusaha mencari momentum yang tepat agar ia mampu menuliskannya secara utuh. Ibarat ingin kebelet pipis, maka jika ada keinginan menulis tapi tidak tersalurkan makanya rasanya menjadi tak karuan. Namun Ketika semua itu telah dituliskan secara keseluruha maka rasanya akan plong.

Tentu saja jika kita mampu merasakan sensasi kenikmatan saat menulis, maka tentu saja gaya bertutur dan bahasanya akan enak pula dibaca oleh pembacanya. Jadi bukan saja menguasai Teknik penulisan itu sendiri,namun sebagai seorang penulis diharapkan pula harus mampu menikmati kegiatan kepenulisannya. Pekerjaan menulis memang bukan sebagai profesi enteng namun setiap orang bisa pula melakukannya. Menulis adalah bagian dari mengolah potensi akal yang dimilikinya dan dengan menulis maka yang bersangkutan akan mampu mengembangkan potensi kepenulisan yaitu sendiri. Dengan setiap penulis mampu menikmati perannya sebagai penulis maka mendorong pula ia mengerjakan proses kepenulisannya dengan menyenangkan dan itu sungguh kenikmatan yang mengasyikkan. Sehingga hasil tulisannya pun akan terasa renyah di sidang pembaca.

Jadi sebetulnya menulis pun tak perlu dianggap beban jika itu sudah menjadi profesi yang dipilih. Profesi apapun tentu memiliki resiko. Maka tentunya dalam hal ini setiap penulis harus mampu menikmati proses kepenulisannya secara baik agar hal tersebut benar-benar dapat dirasakan sebagai hal yang menarik dalam hidupnya. Menulis sesungguhnya yang terindah bagi seorang penulis karena dengan menulis ia bisa mengembara kemana saja karena tulisan itu mampu menembus sekat-sekat hingga akhirnya hadir di depan pembaca.

Joni L. Efendi dalam bukunya yang berjudul “Writing Donut : Cara Paling Nikmat Untuk Menjadi Penulis Hebat dan Kaya Raya” menggambarkan sekelompok remaja SMA di Long Beach California Selatan Amerika Serikat sudah menjadi orang-orang yang putus asa namun semuanya berubah dengan kemauannya menulis diary sehingga mereka Kembali percaya diri dan siap menghadapi masa depan yang lebih cerah. (https://www.kompasiana.com, resensi Maya Widianingrum).Hal ini menunjukkan jika menulis bisa dinikmati secara baik maka secara psikologi akan membuat orang semakin terbuka dan memandang sesuatu itu justeru menjadi positif.

Melihat fenomena di atas tadi, hal itu pantas untuk dijadikan acuan ternyata kenikmatan yang didapat Ketika menulis sangat luar biasa. Bukan saja mendapatkan sejumlah materi semata tetapi lebih dari itu ada kepuasan yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Ternyata menulis bisa mengubah sikap orang yang mungkin tadinya pasif bisa aktif dan dari yang terpuruk bisa membuat mereka menjadi bangkit untuk menjadi yang terbaik. Karena itulah maka menulis itu jangan dianggap sepele walaupun bukan pekerjaan sepele tetapi di dalamnya mengandung nilai-nilai yang sangat berguna bagi kehidupan itu sendiri.

Sebenarnya tantangan menulis yang paling menarik adalah bagaimana para penulis yang ada mampu menghasilkan tulisan yang berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Artinya, apa yang dituliskannya akan membuat pembaca menjadi tertarik untuk membacanya, merenunginya dan tentu akan membuatnya berpikir sesuatu dengan apa yang dibacanya. Karenanya, hasilkan tulisan yang baik bagi pembaca karena dengan banyak yang membaca tulisan kita sama artinya kita pun sedang mendapatkan kenikmatan dari tulisan yang telah dihasilkan oleh kita selaku penulis.

Tentu saja, menulis itu tak sekedar merangkai kata-kata namun lebih dari itu ternyata menulis adalah bagian dari menuangkan ide dan gagasan yang tujuannya mengajak pembaca untuk bisa berpikir kritis dengan apa yang dibacanya. Seorang penulis yang mampu mengajak pembacanya untuk lebih mendalam disaat membaca setiap tulisannya berarti sang penulis telah membuat pembaca untuk bisa menelaah tentang pikiran-pikiran penulis dan semakin didalami maka tentu membuat pembaca menemukan sesuatu yang mungkin tak pernah didapatkannya. Dengan banyak pembaca yang menyukai tulisannya maka banyak nikmat didapatkan olehn penulis itu sendiri.

Jelas sekali dengan banyaknya nikmat-nikmat yang diterima oleh seorang penulis maka sudah seharusnya sang penulis untuk terus berkarya menghasilkan tulisan-tulisan berkualitas dan bermanfaat bagi pembacanya. Karena dengan banyak menulis dan banyak dibaca oleh pembaca maka akan mengundang nikmat-nikmat lainnya bagi seoran gpenulis. Kenikmatan yang didapat penulis tak terlihat alias kasat mata tetapi itu terasa berarti bagi seorang penulis sebab menjadi motivasi untuk tetap bisa terus berkarya selama hidupnya.

Untuk itu, sebagai penulis selalu menikmati pekerjaannya agar menghadirkan kenikmatan-kenikmatan saat menulis. Kenikmatan yang diterima penulis sangat berarti bagi diri seorang penulis. Selain menunjukkantentang eksistensinya juga lebih dari itu bisa bercengkerama dengan pembaca dan karya-karyanya dibaca pembaca. Apa artinya menulis jika tak ada yang membacanya.Tidak nikmat bukan?***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image