Senin 21 Feb 2022 01:50 WIB

Makam Romawi Berusia 2.000 Tahun Ditemukan di Gaza

Penemuan makam itu terjadi secara tidak sengaja oleh kontraktor bangunan lokal

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Andi Nur Aminah
Peti mati di pemakaman (ilustrasi)
Peti mati di pemakaman (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pemakaman Romawi berusia 2.000 tahun ditemukan di kota Beit Lahia di Utara daerah kantong pantai, Gaza. Penemuan ini dikonfirmasi Kementerian Pariwisata dan Purbakala yang berbasis di Gaza, Ahad (20/2/2022).

Penemuan itu terjadi secara tidak sengaja oleh kontraktor bangunan lokal yang sedang mempersiapkan area untuk membangun kota yang didanai Mesir, Jamal Abu Ridah, seorang direktur di kementerian tersebut. "Begitu kuburan pertama ditemukan, kru kami pergi ke lokasi dan melakukan pemeriksaan pendahuluan. Kami memberi tahu kementerian pekerjaan untuk menghentikan pekerjaan di daerah tersebut," katanya dilansir dari Fhe Nee Arab, Ahad (20/2/2022).

Baca Juga

Sejauh ini, 20 kuburan ditemukan. Abu Ridah menambahkan bahwa tim berharap untuk menggali total 80 kuburan di dalam kuburan seluas 50 meter persegi tersebut. Hanya dua kuburan yang dibuka, satu berisi sisa-sisa kerangka dan beberapa guci tanah liat.

Kementerian membentuk tim khusus untuk mempelajari temuan komite arkeologi, mengidentifikasi sifat dan nilai sejarahnya, dan memberikan rekomendasi yang tepat untuk menangani situs yang ditemukan. "Karena bentuk kuburan dan dekorasi hiasan yang relatif, mereka kemungkinan milik "orang-orang berpangkat tinggi" di kekaisaran Romawi selama abad pertama," kata Abu Ridah.

Tidak seperti kuburan Muslim dari periode selanjutnya yang menghadap Utara ke Selatan, kuburan Romawi terletak dari Timur ke Barat. "Kami telah membuat beberapa penemuan di masa lalu, ini adalah penemuan arkeologi paling penting dalam 10 tahun terakhir," katanya.

Daerah itu telah ditutup dari virus dan publik. Sementara situs itu diatur dan dibuat aman bagi pengunjung, kata kementerian itu. "Gaza dianggap sebagai koridor perdagangan antar negara, jadi wajar jika ditemukan situs arkeologi milik keluarga kerajaan," tambah Abu Ridah.

"Situs arkeologi semacam itu akan menghidupkan kembali pariwisata domestik di Jalur Gaza dan memperkenalkan orang-orang pada sejarah wilayah mereka dan pentingnya sejarah dan geografisnya," katanya.

Pada Januari, Kementerian membuka gereja Bizantium tua yang direkonstruksi di kamp pengungsi Jabalia di Utara Jalur Gaza. Selanjutnya temuan itu diubah menjadi museum umum setelah empat tahun bekerja. Menurut sejarawan, gereja Bizantium didirikan di Jalur Gaza 1.700 tahun yang lalu, dan itu adalah milik keluarga kerajaan pada waktu itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement