Sabtu 19 Feb 2022 09:43 WIB

Waspadalah, Kata Bernada Ancaman lewat Perangkat Digital Bisa Terancam Pidana

Bisa dipidanakan asal dia menggunakan perangkat digital dan internet

Pesan Whatsapp. Ilustrasi
Foto: Express
Pesan Whatsapp. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengamat media sosial dari Komunikonten Hariqo Wibawa Satria mengingatkan masyarakat untuk bijaksana dalam menyampaikan pendapat melalui media sosial, termasuk aplikasi percakapan.

"Bila kata-kata menyebabkan intimidasi dan orang yang diancam merasa terganggu, maka termasuk perbuatan yang tidak menyenangkan," kata Hariqo dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (14/2).

Menurutnya, kata-kata bernada ancaman baik via pesan pribadi, surat elektronik, WhatsApp, SMS, dan sosial media lain bisa dijerat dengan UU ITE.

"Bisa dipidanakan asal dia menggunakan perangkat digital dan internet," kata penulis buku Seni Mengelola Tim Media Sosial ini lagi.

Hariqo menyebut ujaran kebencian sudah diatur dalam Pasal 28 ayat (2) UU ITE dengan bunyi "Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).”

"Kurungan maksimal enam tahun dan denda maksimal Rp 1 miliar," katanya.

Oleh karena itu, dia meminta masyarakat bijak dalam menggunakan sosial media. Hal itu untuk menhindari konflik yang tidak perlu terjadi. Masyarakat juga diminta membaca aturan penggunaan sosial media yang baik.

"Dari sisi platform sosial media juga membatasi dan mempersulit untuk membuat akun, misalkan jangan sampai terlalu mudah, sehingga satu orang punya 10 akun" ujar Hariqo.

Secara terpisah, pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, mengaku sangat prihatin karena orang Indonesia memiliki reputasi jelek di mata dunia. "Orang Indonesia dianggak kurang sopan dalam bermedia sosial, oleh karena itu penggunaannya harus lebih diperhatikan," katanya.

Namun, di sisi lain, edukasi terkait etika bermedia sosial memang belum banyak dilakukan. Menurut Alfons, baik instansi pendidikan hingga keluarga belum banyak melakukan edukasi soal etika bermedia sosial yang baik dan benar.

"Padahal, di internet seluruh percakapan tersimpan dan jika melakukan kesalahan bisa jadi barang bukti," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement