Sabtu 19 Feb 2022 01:29 WIB

Diskriminasi Terhadap Muslim Prancis Juga Terjadi di Universitas

Mahasiswa dengan nama dan nama keluarga Muslim menghadapi diskriminasi lebih banyak.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Unjuk rasa aksi Islamofobia di Prancis. Diskriminasi Terhadap Muslim Prancis juga Terjadi di Universitas
Foto: Trt.world
Unjuk rasa aksi Islamofobia di Prancis. Diskriminasi Terhadap Muslim Prancis juga Terjadi di Universitas

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sebuah penelitian mengungkapkan Muslim di Prancis menghadapi diskriminasi dalam pendidikan yang lebih tinggi. Dalam penelitian baru-baru ini di Prancis disebutkan, siswa dengan nama dan nama keluarga Muslim yang mendaftar ke program pascasarjana di universitas menghadapi diskriminasi lebih banyak daripada mereka yang memiliki nama etnis Prancis.

Para peneliti pada Badan Pemantauan Diskriminasi dan Kesetaraan Pendidikan Tinggi (Higher Education Discrimination and Equality Monitoring Agency) dan Gustave-Eiffel University mengirim lebih dari 1.800 email pada Maret 2021 kepada direktur pendidikan di 607 program pascasarjana dari 19 universitas. Menurut media lokal, isi email tersebut adalah tes untuk mengetahui diskriminasi terakhir terhadap penyandang disabilitas dan mereka yang asalnya dari luar negeri.

Baca Juga

Tes dilakukan oleh peneliti dengan nama palsu, baik untuk mereka yang disabilitas maupun yang tidak, yang digunakan sebagai uji kasus, kepada direktur program pascasarjana.

Para direktur yang dihubungi peneliti mengaku merangkul keragaman dalam pelamar mereka dan tidak memprioritaskan orang-orang yang berasal dari latar belakang Eropa, akan tetapi para peneliti menemukan sebaliknya.

 

Peneliti tersebut menemukan, mereka yang memiliki nama Muslim, 12,3 persen lebih kecil kemungkinannya untuk menerima tanggapan atas email yang dikirim ke masing-masing program pascasarjana mereka.

Dilansir di TRT World, Jumat (18/2/2022), angka ini ialah 33,3 persen di bidang hukum, 21,1 persen di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesehatan, dan 7,3 persen di bidang bahasa, sastra, seni, humaniora, dan ilmu sosial.

Para peneliti secara anonim mewawancarai direktur pendidikan yang sama tiga bulan setelah studi menyimpulkan atas nama Kementerian Pendidikan Tinggi tentang kesulitan yang mereka temui dalam proses perekrutan siswa. Mereka kemudian menemukan standar ganda ketika mengenai keinginan direktur untuk merangkul keragaman. Namun tidak ada diskriminasi yang ditemukan untuk siswa yang dikatakan bahwa mereka disabilitas secara fisik. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement