Jumat 18 Feb 2022 20:02 WIB

Pemkab Tangerang Godok Solusi Banjir Bulanan di Kampung Gaga Teluknaga

Penanganan banjir di masing-masing desa di Teluknaga berbeda.

Rep: Eva Rianti/ Red: Bilal Ramadhan
Seorang warga duduk di halaman rumahnya yang terendam banjir di Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten
Foto: ANTARA/FAUZAN
Seorang warga duduk di halaman rumahnya yang terendam banjir di Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG – Pemerintah Kabupaten Tangerang masih menggodok solusi penanganan banjir yang terjadi selama lebih dari tiga bulan di Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Banten. Sederet solusi masih dalam pembahasan, mulai dari pembuatan tandon air hingga folder dan pompa air.

Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (SDA) Kabupaten Tangerang Slamet Budhi mengatakan, dalam upaya penanganan banjir di Kampung Gaga perlu kolaborasi dari banyak pihak. Tidak hanya perangkat daerah, utamanya juga pihak swasta yang berada di sekitar lokasi banjir.

Baca Juga

“Ada penanganan masing-masing desa karena masalahnya berbeda. Ada yang cukup dengan normalisasi dan pembuatan tandon, ada juga yang mesti penanganan dengan folder dan pompa. Akan dibahas secara final dengan perangkat daerah terkait dan pengembang,” ujar Slamet, Jumat (18/2/2022).

Sejauh ini, upaya yang dilakukan untuk membantu warga masih sebatas penanganan sementara. Seperti pembagian bantuan sosial berupa sembako dan makanan siap saji, serta obat-obatan.

Selain itu, didirikan pula pos kesehatan bagi warga yang mengalami penyakit akibat banjir, serta disediakan dapur umum. Banjir yang melanda Kampung Gaga Desa Tanjung Pasir diketahui telah terjadi selama berbulan-bulan sejak akhir 2021 seiring dengan curah hujan berintensitas tinggi yang terjadi.

Ketinggian air di kampung yang dihuni sekitar 200 KK tersebut mencapai hingga 30 sentimeter (cm). Salah satu warga RT 06/ RW 03 yang terdampak banjir, Een (34 tahun) mengungkapkan, baru kali ini banjir melanda kampungnya selama berbulan-bulan lamanya.

Perempuan yang telah bertempat tinggal di Kampung Gaga selama dua dekade tersebut mengaku air banjir kerap kali masuk ke rumahnya saat hujan melanda, hingga membasahi banyak perabotan di kediamannya.

Een menyebut, banjir tak serta merta surut. Ketika cuaca sudah cerah pun, banjir masih menggenangi kampungnya. Pasalnya, tidak ada saluran air yang mengalirkan air banjir sehingga genangan air terus ada di setiap harinya.

Kondisi banjir berbulan-bulan yang terjadi, menurut Een terjadi sejak adanya pembangunan perumahan baru di tanah yang lebih tinggi di dekat Kampung Gaga.

“Dulu itu sawah dan empang, terus digusur, pada bangun rumah. Pindahan baru semua itu, (pengerukan) tanah merah, airnya pada ke sini semua,” ujar Een.

Akibat banjir yang lama tak teratasi itu, banyak warga diserang penyakit, mulai dari kutu air hingga sakit panas. Seperti yang dialami oleh keluarga Aisyah (35).

“Warga sini pada kena kutu air, asal banjir tumbuh lagi kutu air. Terus anak saya sampai sakit panas, meriang,” kata Aisyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement