Jumat 18 Feb 2022 18:39 WIB

Mantan Ketum DDII Syuhada Bahri Berpulang, Kemenag Ucapkan Belasungkawa

Meninggalnya KH Syuhada Basri membuat muslim Indonesia kehilangan pejuang dakwah

 Mantan Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) KH Syuhada Bahri (kiri). Meninggalnya KH Syuhada Basri membuat muslim Indonesia kehilangan pejuang dakwah. Ilustrasi.
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Mantan Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) KH Syuhada Bahri (kiri). Meninggalnya KH Syuhada Basri membuat muslim Indonesia kehilangan pejuang dakwah. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Innalillahi wainnailaihi roji'un. Mantan Ketua Umum (Ketum) Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) KH Syuhada Bahri meninggal dunia pada Jumat (18/2/2022) pukul 04.00 WIB. KH. Syuhada Bahri memimpin organisasi dakwah yang didirikan mantan perdana menteri Mohammad Natsir tersebut periode 2007-2015.

Sekretaris Ditjen Bimas Islam Kemenag M. Fuad Nasar menyampaikan belasungkawa atas berpulangnya ke Rahmatullah KH. Syuhada Bahri. “Saya menyampaikan duka cita dan takziyah sedalam-dalamnya atas berpulangnya KH. Syuhada Bahri. Semoga Allah SWT mengampuni, merahmati arwahnya, dan menempatkannya kelak di surga Jannatun Naim,” kata Fuad saat dihubungi Bimas Islam, Jumat (18/2/2022).

Baca Juga

Fuad yang ikut menyolatkan jenazah almarhum di Masjid Al-Furqan DDII Pusat Jl. Kramat Raya 45 Jakarta mengatakan meninggalnya KH. Syuhada Basri membuat masyarakat Islam Indonesia kehilangan seorang mubalig dan pejuang dakwah yang ikhlas. Almarhum disebut sebagai sosok penuh dedikasi demi kepentingan agama dan kehidupan umat-bangsa yang lebih baik di bawah naungan ridha Ilahi Rabbi.

“Almarhum adalah seorang tokoh dakwah yang tidak silau dengan materi dan popularitas,” ujarnya.

Fuad menceritakan  KH. Syuhada Bahri berdakwah sudah menjadi pilihan hidup sejak masa pendidikan. Lebih dari separuh usianya diabdikan di medan dakwah, artinya digunakan di tengah masyarakat, membina mental-spiritual, dan akhlak umat melalui pesan-pesan kebajikan dan bimbingan keagaman yang mencerahkan dan mendamaikan.

“Beliau sangat peduli dan kerap terjun langsung dalam kegiatan dakwah di pedalaman, daerah-daerah terpencil dengan segala kesulitan dan keterbatasan, di mana tidak semua dai sanggup melakukannya,” tuturnya.

Fuad mengutip kesaksian rekan almarhum bahwa beliau lebih memilih membatalkan menghadiri undangan ceramah di Jakarta daripada tidak memenuhi undangan ceramah di daerah terpencil di pedalaman.

“Medan dakwah yang pernah dikunjunginya mulai dari pedalaman daratan, pulau, dan naik kapal kecil mengadang ombak di lautan lepas dan menyeberang sungai. Wilayah Timor Timur dulu juga sering dikunjunginya mengajarkan Islam yang merupakan agama pembawa rahmat bagi alam sejagat. Semua itu ditempuhnya demi dakwah dan kecintaan pada umat Islam di berbagai pelosok NKRI,” ungkapnya.

KH Syuhada Bahri, menurut Fuad Nasar, adalah dai yang komitmen keislamannya menyatu dengan komitmen kebangsaan dalam konteks NKRI. Motto yang didengungkannya di Dewan Dakwah ialah "Selamatkan Indonesia dengan Dakwah," imbuh Fuad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement