Jumat 18 Feb 2022 17:59 WIB

GSK Hentikan Uji Coba Tahap Akhir Vaksin RSV pada Ibu Hamil

GSK tak menyebutkan alasan penghentian uji coba vaksin RSV pada ibu hamil.

Pabrik GlaxoSmithKline (GSK). Produsen vaksin terbesar di dunia, GSK, menghentikan uji coba tahap akhir vaksin RSV pada ibu hamil atas rekomendasi komite independen.
Foto: EPA
Pabrik GlaxoSmithKline (GSK). Produsen vaksin terbesar di dunia, GSK, menghentikan uji coba tahap akhir vaksin RSV pada ibu hamil atas rekomendasi komite independen.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perusahaan GSK menghentikan uji coba tahap akhir calon vaksin virus respiratory syncytial virus (RSV) buatan mereka pada ibu hamil. Hal itu dilakukan sesuai dengan rekomendasi keamanan dari komite indenpenden, demikian dinyatakan produsen obat Inggris tersebut, Jumat (18/2/2022).

GSK merupakan produsen vaksin terbesar di dunia berdasarkan penjualan. Pihaknya tidak menjelaskan lebih lanjut alasan penghentian uji coba yang bernama "GRACE" beserta dua riset lainnya.

Baca Juga

Akan tetapi, pihaknya mengatakan uji coba vaksin RSV eksperimental untuk orang yang lebih tua masih berlangsung. RSV menjadi penyebab utama pneumonia pada balita dan orang tua, namun perkembangan vaksin mengalami berkali-kali kemunduran selama beberapa dekade.

Vaksin bulanan Synagis produksi Orphan Biovitrum Swedia saat ini merupakan obat pencegah satu-satunya melawan RSV pada bayi yang berisiko tinggi. RSV juga dapat menyebabkan bronchiolitis dan sekitar tiga juta anak berusia lima tahun ke bawah yang menjadi pasien rawat inap rumah sakit.

Sejumlah perusahaan farmasi, seperti J&J, Sanofi, Moderna dan AstraZeneca, berlomba-lomba untuk mendapatkan restu vaksin RSV. Pada Kamis calon vaksin AstraZeneca untuk bayi disetujui untuk tinjauan kilat dari regulator Eropa.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, sekitar 58 ribu kasus rawat inap terkait RSV terjadi pada anak-anak di bawah usia lima tahun setiap tahunnya. Sementara itu, angkanya pada orang dewasa berusia 65 tahun ke atas mencapai 177 ribu kasus.

sumber : Antara, Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement