Jumat 18 Feb 2022 15:39 WIB

Kabupaten Semarang Terus Pantau Potensi Gejolak Harga Kedelai

Pemkab Semarang belum menerima laporan atau keluhan dari perajin tempe dan tahu.

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Bilal Ramadhan
Perajin memproduksi tahu dengan menggunakan kedelai impor di salah satu industri di Gebugan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Perajin memproduksi tahu dengan menggunakan kedelai impor di salah satu industri di Gebugan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan Perdagangan (Diskumperindag) Kabupaten Semarang terus memantau potensi gejolak akibat kenaikan harga komoditas kedelai di pasaran.

Kendati harga komoditas kedelai di pasaran disebut kian membebani para produsen tahu dan tempe, Diskumperindag Kabupaten Semarang memastikan di daerahnya relatif masih tenang.

Baca Juga

"Kami (Diskumperindag) belum mendapat laporan maupun keluhan dari perajin tahu dan tempe terkait persoalan harga kedelai," kata Kabid Perdagangan, Diskumperindag Kabupaten Semarang, Widada Mutiara, Jumat (18/2/2022).

Ia mengungkapkan, jika muncul gejolak akibat harga komoditas kedelai yang mempengaruhi produktifitas, biasanya para perajin tahu dan tempe akan menyampaikan keluhan mereka ke dinas pertanian.

Sementara ini, Diskumperindag belum menerima laporan maupun keluhan para perajin tahu dan tempe di wilayah Kabupaten Semarang, menyusul tingginya harga komoditas kedelai di pasaran.

Namun begitu guna menyikapi persoalan ini Diskumperindag Kabupaten Semarang telah mengagendakan monitoring langsung ke lapangan guna menyerap informasi sejauh mana dampak harga kedelai di masyarakat.

Khususnya terhadap para pelaku usaha/ produsen tahu dan tempe yang ada di daerahnya. "Pekan depan kita akan keliling guna memantau situasi di lapangan," tandas Widada Mutiara melalui sambungan telepon.

Lebih lanjut, ia juga menyampaikan untuk memenuhi kebutuhan kedelai, masih mengandalkan kebijakan impor. Sehingga 86,4 persen kebutuhan kedelai di dalam negeri berasal dari impor.

Hingga tahun 2021 yang lalu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka impor kedelai Indonesia mencapai sebesar 2,48 juta ton dengan nilai 1 miliar dolar AS.

Sehingga ada risiko yang harus dihadapi oleh negara pengimpor kedelai seperti Indonesia yang pada akhirnya  akan membuat negara ini terus bergantung dengan situasi maupun kondisi negara pengekspor.

"Di satu sisi harga kedelai lokal mencapai Rp 11,833 per kilogram Sementara harga kedelai impor yang masuk ke Indonesia berada di harga Rp 13,333 per kilogram," tambah Widada Mutiara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement