Jumat 18 Feb 2022 10:44 WIB

Investor Asing Borong ARTO Hingga SIDO, IHSG Dibuka Menguat

Philips Sekuritas menyebut IHSG dibuka menguat dan berpeluang bearish moderate

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja melintas di depan layar indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Philips Sekuritas menyebut IHSG dibuka menguat dan berpeluang bearish moderate
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Pekerja melintas di depan layar indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Philips Sekuritas menyebut IHSG dibuka menguat dan berpeluang bearish moderate

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan Jumat (18/2/2022). Ketegangan konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina diperkirakan kembali menekan pergerakan indeks saham.

IHSG menguat tipis ke posisi 6.837,51 setelah ditutup koreksi pada perdagangan kemarin. Phillip Sekuritas Indonesia memperkirakan IHSG akan cenderung bergerak turun pada perdagangan hari ini.  

Baca Juga

"IHSG berpeluang bearsih moderate. Sentimen pasar tertekan oleh kekhawatiran mengenai kemungkinan invasi Rusia ke Ukrania," kata Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Jumat (18/2).

Pada awal perdagangan ini, investor asing membukukan pembelian bersih Rp 208,73 miliar. Saham ARTO menjadi yang paling banyak diburu asing dan membawanya naik ke level 15.575 atau menguat 2,47 persen. 

Baca: LPS Ingatkan Pentingnya Manajemen Risiko Bank Digital

Saham bank lainnya juga menjadi incaran dengan BBRI dan BBCA yang saat ini melemah masing-masing 0,23 persen dan 0,32 persen. Saham sektor konsumsi juga diborong asing dengan antara lain KLBF, INDF, ICBP hingga SIDO. 

Proyeksi pergerakan IHSG ini sejalan dengan indeks saham di Asia pagi ini yang dibuka melemah mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street semalam di mana S&P 500 jatuh 2,1 persen, terbesar dalam dua minggu dan pertama dalam tiga hari terakhir sementara DJIA mencatatkan penurunan harian terbesar di tahun ini dari sisi poin dan persentase. 

"Investor mulai menggeser portfolionya ke sektor defensive seperti Consumer Staples dan aset-aset yang di anggap aman (safe haven) seperti emas, mata uang Yen dan surat utang Pemerintah AS," kata Phillip Sekuritas Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement