Jumat 18 Feb 2022 00:29 WIB

Kelompok Separatis Tuduh Militer Ukraina Lakukan Serangan

Kelompok Separatis tuduh Ukraina lepaskan empat kali tembakan dalam 24 jam terakhir

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Seorang prajurit Ukraina menembakkan senjata anti-tank NLAW selama latihan dalam Operasi Pasukan Gabungan, di wilayah Donetsk, Ukraina timur, Selasa, 15 Februari 2022. Sementara AS memperingatkan bahwa Rusia dapat menyerang Ukraina kapan saja, ketukan gendang dari perang hampir tidak pernah terdengar di Moskow, di mana para pakar dan orang biasa sama-sama tidak mengharapkan Presiden Vladimir Putin untuk melancarkan serangan terhadap tetangga bekas Sovietnya.
Foto: AP/Vadim Ghirda
Seorang prajurit Ukraina menembakkan senjata anti-tank NLAW selama latihan dalam Operasi Pasukan Gabungan, di wilayah Donetsk, Ukraina timur, Selasa, 15 Februari 2022. Sementara AS memperingatkan bahwa Rusia dapat menyerang Ukraina kapan saja, ketukan gendang dari perang hampir tidak pernah terdengar di Moskow, di mana para pakar dan orang biasa sama-sama tidak mengharapkan Presiden Vladimir Putin untuk melancarkan serangan terhadap tetangga bekas Sovietnya.

REPUBLIKA.CO.ID, KYIV -- Kelompok separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur menuduh pasukan pemerintah pada Kamis (17/2/2022), melepaskan tembakan ke wilayah mereka sebanyak empat kali dalam 24 jam terakhir. Mereka mencoba untuk memastikan apakah ada orang yang terluka atau terbunuh akibat serangan itu.

Tidak diketahui apakah insiden ini menimbulkan dampak yang serius. Selain itu, tidak ada reaksi langsung dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE). Organisasi tersebut telah memantau situasi di Ukraina timur. Namun mereka telah menarik pemantaunya dalam beberapa hari terakhir.

Militer Ukraina membantah tuduhan kelompok separatis bahwa, pasukan pemerintah telah melakukan serangan. Militer Ukraina mengatakan, justru  pemberontak yang menembaki militer.

Pernyataan tentang dugaan penembakan oleh militer Ukraina dikeluarkan oleh perwakilan dari Republik Rakyat Luhansk yang memisahkan diri dari Ukraina. Perwakilan tersebut mengatakan, pasukan Ukraina telah menggunakan mortir, peluncur granat dan senapan mesin dalam empat insiden terpisah pada Kamis.

"Angkatan bersenjata Ukraina telah secara kasar melanggar rezim gencatan senjata, dengan menggunakan senjata berat," kata kelompok separatis dalam sebuah pernyataan.

Baca juga : Kekhawatiran Ukraina Bikin Investor Ketar-Ketir

Insiden seperti itu telah terjadi berkali-kali selama delapan tahun terakhir. Tetapi bentrokan kali ini terjadi ketika

Rusia mengerahkan lebih dari 100 ribu pasukan militer di dekat perbatasan Ukraina. Rusia sambil menuntut agar NATO tidak menerima Ukraina sebagai anggota.

Sementara negara Barat telah mengancam Rusia dengan sanksi baru jika menyerang Ukraina. Moskow membantah bahwa mereka telah merencanakan serangan terhadap Ukraina. Moskow mengatakan, pengerahan pasukan ke perbatasan bertujuan untuk latihan.

Setiap eskalasi dalam konflik yang berlangsung selama bertahun-tahun antara separatis yang didukung Rusia, dan Ukraina dapat memicu ketegangan antara Moskow dan Barat. Rusia mengklaim telah menarik sejumlah pasukan militer dari daerah yang berdekatan dengan Ukraina. Penarikan pasukan terjadi setelah latihan berakhir.

Majelis rendah parlemen Rusia pada Selasa (15/2/2022) meminta Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui dua republik separatis yang memproklamirkan diri di Ukraina timur sebagai negara merdeka. Kremlin telah memberi isyarat bahwa Putin tidak memiliki rencana untuk melakukan itu.

Baca juga : Tembakan Peluru Lintasi Perbatasan Gencatan Senjata di Ukraina Timur

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement