Kamis 17 Feb 2022 00:09 WIB

Kekeringan Picu 4,1 Juta Orang di Somalia Butuh Bantuan Mendesak

1,4 juta anak kemungkinan akan menderita kekurangan gizi akut di Somalia.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Seorang perempuan Ethiopia menyortir pasokan makanan yang didistribusikan oleh Program Pangan Dunia (WFP) di Adadle di wilayah Somalia, Sabtu (22/1/2022).
Foto: Claire Nevill/WFP via AP
Seorang perempuan Ethiopia menyortir pasokan makanan yang didistribusikan oleh Program Pangan Dunia (WFP) di Adadle di wilayah Somalia, Sabtu (22/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Tiga negara Tanduk Afrika menghadapi kekeringan terburuk dalam torehan sejarah kawasan. United Nations Children’s Fund (UNICEF) mencatat sekurangnya 4,1 juta penduduk di Somalia membutuhkan bantuan makanan kemanusiaan yang mendesak.

Somalia, Kenya, dan Ethiopia dikatakan sangat menderita setelah mengalami musim panas dan tidak pernah hujan sejak 2020. Fenomena ini menyebabkan kekeringan sehingga rakyat menderita kelaparan.

Baca Juga

"Ini krisis gizi. Data minggu lalu menunjukkan bahwa 1,4 juta anak kemungkinan akan menderita kekurangan gizi akut di Somalia. Dari jumlah tersebut, sekitar 330 ribu orang memerlukan perawatan untuk kekurangan gizi akut yang parah," kata Kepala Komunikasi UNICEF di Somalia, Viktor Chinyama seperti dikutip laman Anadolu Agency, Rabu (15/2/2022).

Dia mengatakan, bahwa 2,6 juta orang membutuhkan pasokan air darurat. Angka ini diperkirakan bakal meningkat saat kekeringan terus memburuk.

"Di beberapa daerah, harga air sudah naik 72 persen. Kekurangan air meningkatkan kasus campak pada 2021 menjadi 7.500, dua kali lipat dari gabungan beban kasus 2020 dan 2019," kata Chinyama.

Selain itu, dia juga mencatat setidaknya 60 ribu orang berisiko tertular penyakit diare, termasuk kolera. Dia pun menyerukan tindakan global segera, dan menurutnya waktu untuk bertindak adalah sekarang.

"Karena jika Anda menunggu sampai keadaan menjadi lebih buruk atau kelaparan diumumkan, mungkin sudah terlambat,” kata Chinyama.

"Sejarah menunjukkan bahwa ketika malnutrisi digabungkan dengan wabah penyakit seperti kolera dan campak, angka kematian meningkat dengan sangat cepat," imbuhnya.

Krisis di Somalia telah diperburuk dengan kehadiran kelompok teroris al-Shabaab di beberapa bagian negara. Dia mengatakan pemindahan membuat lebih banyak orang “terkena berbagai jenis risiko.

"Anak-anak terpapar kekerasan seksual, eksploitasi, kekerasan berbasis gender. Dan dalam konteks Somalia, kita tidak dapat berbicara tentang risiko pemindahan tanpa mengatasi momok anak-anak yang diculik dan direkrut oleh kelompok-kelompok, seperti al-Shabaab,” katanya.

“Data yang kami miliki untuk tahun lalu, 2021, adalah 1.200 anak. Di antara mereka ada 45 gadis yang direkrut dan digunakan oleh kelompok bersenjata, sebagian besar al-Shabaab. Dan 1.000 anak diculik pada tahun 2021.”

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement