Rabu 16 Feb 2022 15:50 WIB

Empat Hikmah Perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad

Perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad memiliki hikmah.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Empat Hikmah Perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad. Foto: Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto: smileyandwest.ning.com
Empat Hikmah Perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad. Foto: Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Saat ini, umat Muslim di seluruh dunia sedang memasuki bulan Rajab dalam Islam. Bulan ini termasuk salah satu yang sangat istimewa dan diberkati, di mana ditandai sebagai bulan pertobatan.

Tak hanya itu, Bulan Rajab kerap menjadi permulaan dari waktu yang menempatkan spiritualitas umat Muslim pada titik fokus yang lebih tinggi, yang berpuncak pada bulan Ramadhan penuh berkah.

Baca Juga

Pada bulan Rajab, Nabi kita tercinta Muhammad SAW melakukan perjalanan ke Yerusalem. Setelahnya, ia naik menuju langit ketujuh untuk bertemu dan berbicara kepada Allah SWT.

Dari perjalanan ini, yang dikenal sebagai Isra' Mi'raj, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi dan Rasul sebelum-Nya. Ia juga menjadi pemimpin dalam shalat yang dilakukan di Masjid Al-Aqsa, sebelum naik menuju langit ketujuh.

Dalam perjalanan itu, Rasul diberikan salah satu hadiah terbesar bagi komunitas Muslim, yaitu sholat lima waktu. Namun, perintah awal adalah lima puluh kali, bukan lima.

Setelah menerima karunia tersebut, Nabi Muhammad mulai turun melalui surga di mana ia bertemu Nabi Musa. Nabi Musa bertanya tentang jumlah shalat wajib yang diperintahkan oleh Allah dan Nabi Muhammad mengatakan jumlahnya lima puluh kali.

Nabi Musa lantas mendorong Nabi Muhammad untuk kembali kepada Allah beberapa kali, untuk meminta-Nya mengurangi jumlah shalat sehari-hari, hingga hanya tersisa lima. Mendengar hal ini, Musa merasa khawatir umat Islam lemah dan tidak bisa mengikuti perintah Allah.

Meski telah didorong oleh Nabi Musa untuk kembali sekali lagi, Nabi Muhammad tidak melakukannya. Rasulullah mengatakan dia merasa malu dan kerdil di hadapan Allah SWT untuk kembali lagi dan meminta keringanan ibadah.

Dari kisah tersebut, Asisten Profesor Universitas Islam Internasional Malaysia hingga Agustus 2019 Claudia Azizah menyebut ada beberapa hal yang bisa dipelajari oleh umat Muslim. Salah satunya belajar mendengarkan dan mentaati perintah Allah SWT.

"Ketika Allah swt memberikan perintah lima puluh shalat setiap hari kepada Nabi Muhammad, dia tidak meminta lebih sedikit. Dia menerima perintah Allah. Dia mendengarkan dan dia taat," ujar dia dikutip di About Islam, Rabu (16/2).

Hal ini juga disebut tertulis dalam QS Al-Baqarah ayat 285, dimana disebutkan, "Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya”. Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali"".

Mengikuti jejak Nabi kita tercinta, maka umat Muslim disebut juga harus mengadopsi sikap ini. Apa pun yang diperintahkan atau tidak dilakukan oleh Allah SWT dan Nabi Muhammad, maka hal ini harus didengarkan dan ditaati.

Pembelajaran kedua yang bisa dipetik dari kisah ini adalah kemampuan dalam menerima saran. Setelah dinasihati oleh Nabi Musa, Nabi Muhammad memutuskan untuk kembali memohon kepada Allah SWT agar mengurangi jumlah sholat.

Hal ini menunjukkan Rasulullah SAW terbuka untuk memberi nasihat. Dia mampu menerima nasihat dari Nabi Musa yang tulus dan penuh harapan.

Selanjutnya, keputusan Rasulullah mengikuti nasehat Nabi Musa untuk kembali kepada Allah dan meminta pengurangan doa juga menunjukkan cinta dan kepedulian Nabi Muhammad yang tulus kepada umatnya.

"Dia kembali kepada Allah untuk kita. Dan dia kembali kepada Allah untuk meminta agar jumlah sholat dikurangi karena dia peduli pada kita. Nabi bisa melakukan lima puluh kali sholat setiap hari. Tapi, dia

dia ingin kita sukses. Ini menunjukkan cinta dan kekhawatiran besar Nabi Muhammad bagi kita," lanjutnya.

Terakhir, Nabi Muhammad SAW mengajarkan umat-Nya agar merasa malu di hadapan Allah SWT. Nabi Muhammad, manusia sempurna, tidak kembali ke hadapan Allah SWT karena merasa malu dengan Tuhan-Nya.

Umat Muslim disebut perlu belajar dari perilaku Nabi Muhammad SAW itu. "Apakah ada saat-saat kita merasa malu di hadapan Allah?Apakah kita merasa malu karena kita melewatkan shalat kita? Apakah kita merasa malu untuk menonton film itu karena ada adegan eksplisit di dalamnya?" ujar dia.

Nabi Muhammad SAW disebut selalu mengutamakan Allah SWT. Hubungannya dengan Allah SWT adalah yang paling penting. Dia mau mengikuti nasehat Nabi Musa, peduli dengan komunitasnya, namun ia tidak bisa mengabaikan rasa malu di hadapan Tuhan-Nya.  

Sumber:

https://aboutislam.net/reading-islam/living-islam/4-lessons-from-prophet-muhammads-night-journey/

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement