Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dedy Setyo Afrianto

Katalisator itu Bernama Omicron

Lomba | Wednesday, 16 Feb 2022, 13:11 WIB

National Academy of Engineering (NAE) Amerika beberapa tahun silam merilis 14 tantangan besar (Grand Challenge) yang akan dihadapi oleh warga dunia pada abad 22 nantinya, selain persoalan dengan makin terbatasnya energi fosil dimasa depan, tantangan yang lebih kompleks adalah bagaimana menciptakan pengalaman belajar secara individu dengan lebih canggih (advance personalized learning). Pengalaman belajar individu ini disorot karena dilatar belakangi oleh makin tumbuhnya berbagai cabang ilmu baru dan berkembangnya minat serta kemampuan belajar manusia yang lebih heterogen. Manusia dengan berbagai macam kebutuhan dan karakteristiknya, pada dasarnya tidak bisa dianggap sama dalam kemampuan dan disiplin belajar, sehingga adanya pembelajaran yang makin personal inilah yang akan mampu memfasilitasi minat dan level kebutuhan mereka.

Ilustrasi siswa sedang belajar di rumah. Sumber : pinterest.com

Enrique Dans, kolumnis majalah internasional ternama, Forbes, dalam artikelnya yang berjudul “The Coronavirus Pandemic Has Unleashed A Revolution In Education”, berpendapat bahwa dengan adanya covid19, kita sudah tidak mungkin lagi kembali ke masa sebelum pandemi. Ada perubahan yang bersifat permanen termasuk dalam dunia pendidikan, dimana cara kita belajar mengajar, berinteraksi, menajamkan kompetensi sudah berubah jauh dari masa sebelumnya. Kemampuan-kemampuan baru (bagi guru dan siswa) yang sebelumnya dianggap opsional (pilihan), saat ini sudah menjadi kemestian yang mau tidak mau kita wajib menguasainya. Semisal menggunakan aplikasi tatap maya berbasis elektronik, Learning Management System, serta berbagai tools teknologi yang lainnya yang sesuai.

Dans Enrique. Sumber : https://arizent.brightspotcdn.com/

Senada dengan hal tersebut, pembelajaran di sekolah kita hari ini dan nanti, seyogyanya akan berubah, adaptif, dan menyesuaikan dengan cara-cara baru dimasa depan serta selaras dengan perkembangan zaman, dan tentu saja menyesuaikan dengan peserta didik kita sebagai warga negara asli dunia digital (Digital Native). Anak-anak kita, merupakan warga negara asli digital, saat generasi orang tua nya harus belajar lebih lama menggunakan gawainya, namun mereka sudah lebih lincah dalam hitungan menit bahkan lebih menguasai dari kita.

Saat hari ini dunia kita disibukkan oleh varian Delta dan dilanjutkan dengan Omicron, kedepan kita tidak tahu bagaimana varian-varian yang lain. Prinsipnya, kesiap siagaan dalam dunia pendidikan, termasuk menyiapkan para siswa menjadi warga masa depan, mutlak untuk terus dilakukan tanpa henti.

Pembelajaran Jarak Jauh

Pembelajaran dengan lebih personal, pada dasarnya sudah ditemui para siswa kita sejak pandemi, yang mengakibatkan para siswa kita melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Masa PJJ ini sejatinya memberikan keleluasaan kepada peserta belajarnya untuk dapat menentukan diarea mana yang menjadi kecenderungan keminatannya, mengembangkannya, sekaligus merencanakan waktu, tempat dan sarana pendukungnya.

Siswa sedang PJJ. Sumber : Republika.co.id

Namun hal ini tentu saja tidak “abakadabra”, ada serangkaian proses yang perlu dibekalkan kepada peserta didik untuk dapat mengenali potensinya, sampai dengan membangun regulasi belajarnya secara mandiri (Self Regulated Learning atau SRL). Untuk siswa dengan level menengah hingga mahasiswa, hal ini memang tidak jadi soal, namun untuk umur belajar yang lebih rendah, maka akan jadi tantangan berarti. PJJ sering jadi momok sebagian siswa karena menjadi berubah fungsi, tidak hanya belajar onlinenya tidak efektif, namun menjadi mal-praktek karena siswa melakukan hal yang lain yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran, disisi lain waktu sudah terhambur dengan sia-sia.

SRL Siswa dan Merdeka Belajar

Menurut Zimmerman (2002), setidaknya ada tiga tahapan proses untuk SRL siswa. Pertama, merencanakan tugas, kedua, memonitor performa dan ketiga, diakhiri dengan refleksi hasil. Untuk setiap tugas lain tiga hal ini akan diulangi lagi, sehingga pada akhirnya siswa akan belajar mengevaluasi diri dengan “program” yang sudah dijalani. Pada siswa yang lain, penerapan SRL ini bisa jadi akan ada penyesuaian, sehingga pada setiap diri siswa, langkah-langkah ini memang akan menjadi unik.

Membangun kemandirian belajar dan menumbuhkan kebiasaan refleksi diri ini, selaras dengan program Merdeka Belajar yang diagendakan oleh Kemendikbudristek RI. Program ini memberikan keleluasaan bagi guru dan siswa dalam menjalani proses belajarnya. Dengan ruang dan waktu belajar yang lebih dinamis, para siswa memiliki kesempatan untuk menajamkan kompetensinya pada kompetensi dasar tertentu dan menguji pemahamannya dengan medium perangkat pembelajaran online, yang diiringi dengan refleksi hasil belajar yang telah dicapai. Dengan cara ini siswa diharapkan akan menjadi pembelajar otonom.

Merdeka Belajar Kemendikbudristek.

Sebagai pembelajar otonom, siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri atau mandiri. Richards (2020) menjelaskan bahwa ada lima prinsip untuk mencapai pembelajaran mandiri: partisipasi siswa aktif, penyediaan pilihan dan sumber daya, penyediaan pilihan dan kesempatan pengambilan keputusan, mendukung pembelajar dan mendorong praktik reflektif.

Dengan demikian, di dalam kelas yang mendorong pembelajaran otonom, peran guru sebagai fasilitator pembelajaran, sehingga peran instruktur direduksi, siswa tidak diarahkan untuk terlalu bergantung pada guru sebagai sumber.

Manajemen PJJ yang efektif akan benar-benar memotivasi siswa untuk menjadi pembelajar mandiri yang dapat mengatur waktu, tujuan, strategi, mengevaluasi, dan meningkatkan proses yang mereka lalui. Jadi baginya, pengembangan kemampuannya adalah misi internal yang dilakukan dengan atau tanpa campur tangan orang lain. Memiliki kemampuan untuk menyalakan kembali potensi dengan memaksimalkan sumber daya yang ada dan pada akhirnya berdampak pada kemajuan masa depan.

Diluar perspektif kita tentang Omicron sebagai varian covid19 ini, nampaknya dia telah berkontribusi sebagai katalisator (mempercepat) perubahan cara belajar, menumbuhkan potensi diri dan lingkungan, serta berbagai hal baru yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Apakah Anda sepakat ?

Daftar Pustaka

·NAE Grand Challenge https://www.nae.edu/19579/165897/20676/20782/170270/187212/NAE-Grand-Challenges-for-Engineering

· https://www.forbes.com/sites/enriquedans/2020/04/13/the-coronavirus-pandemic-has-unleashed-a-revolution-in-education-from-now-on-blended-learning-will-be-the-benchmark/?sh=2087c3cf536f

· Zimmerman, B. J. (2002). Becoming a self-regulated learner: An overview. Theory into Practice, 41(2), 64-70.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image