Selasa 15 Feb 2022 09:07 WIB

Sekjen PBB: Diplomasi Jalan Tunggal Atasi Krisis Rusia-Ukraina

Sekjen PBB sebut tidak ada alternatif selain diplomasi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
 Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres
Foto: AP/Hassan Ammar
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melakukan percakapan terpisah dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov dan Menlu Ukraina Dmytro Kuleba, Senin (14/2/2022). Krisis di perbatasan Rusia-Ukraina menjadi topik utama pembicaraan mereka.

Pada kesempatan itu, Guterres menyatakan keprihatinan serius atas meningkatnya ketegangan di perbatasan Rusia-Ukraina. “Dia (Guterres) menyambut baik diskusi diplomatik yang sedang berlangsung untuk meredakan ketegangan itu dan menggarisbawahi, sekali lagi, fakta bahwa tidak ada alternatif selain diplomasi,” ujar juru bicara Guterres, Stephane Dujarric.

Baca Juga

Dujarric tak mengesampingkan kemungkinan Guterres turut turun tangan dalam proses mediasi kedua negara tersebut. “Adalah tugas dan tanggung jawabnya sebagai sekretaris jenderal untuk berhubungan dengan banyak pihak yang terlibat dalam situasi saat ini,” ujarnya.

Kendati demikian, menurut Dujarric, setelah melakukan percakapan dengan Lavrov dan Kuleba, Guterres masih cukup yakin Rusia tidak akan terlibat perang dengan Ukraina. Guterres sempat mengutarakan hal yang sama bulan lalu.

Saat ini ketegangan masih berlangsung di perbatasan Rusia-Ukraina. Amerika Serikat (AS) telah menyatakan bahwa Moskow dapat melancarkan serangan ke negara tetangganya tersebut kapan saja. Washington memberikan dukungannya kepada Kiev, Negeri Paman Sam bahkan telah memasok dukungan militer untuk Ukraina.

Hingga kini Rusia konsisten membantah bahwa mereka memiliki rencana atau niatan untuk menyerang Ukraina. Kendati demikian, Rusia tak dapat menyisihkan kekecewaannya atas diabaikannya tuntutan jaminan keamanan mereka oleh AS dan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Salah satu tuntutan Moskow adalah tak dirangkulnya Ukraina menjadi anggota NATO. Sebab hal itu dipandang akan menimbulkan ancaman bagi Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement