Senin 14 Feb 2022 20:19 WIB

Menkes: 15.000 Pasien Covid-19 Dirawat di RS OTG

Dari 27.000 pasien Covid-19 yang dirawat di RS, 15.000 di antaranya adalah OTG.

Petugas Public Safety Center (PSC) 119 mengenakan alat pelindung diri (APD) menyiapkan alat kesehatan.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas Public Safety Center (PSC) 119 mengenakan alat pelindung diri (APD) menyiapkan alat kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengharapkan pasien COVID-19 tanpa gejala (OTG) atau ringan dapat dirawat di rumah saja karena rumah sakit diperuntukkan bagi pasien COVID-19 dengan gejala sedang atau berat. "Kami memang mengharapkan kalau misalnya tanpa gejala atau OTG atau ringan dapat dirawat di rumah saja. Dari 27.000 pasien COVID-19 di rumah sakit, lebih dari sekitar 15.000 itu sebenarnya OTG atau ringan," ujar Menkes Budi dalam konferensi pers terkait hasil Ratas PPKM yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (14/2/2022).

Menurutnya, kalau saturasi masih di atas 95 persen, ada batuk sedikit, ada demam sedikit, dan pilek maka bisa dirawat di rumah. Budi menyampaikan, pemerintah juga telah melakukan pelayanan telemedisin ke lebih dari 350.000 rakyat, dan sekitar 100.000 di antaranya sudah menerima obat.

Baca Juga

"Selain di Jawa-Bali (layanan telemedisin), mulai minggu ini kita akan melakukan juga ke luar Jawa-Bali," katanya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI Abdul Kadir mengatakan, Kementerian Kesehatan RI meningkatkan pelayanan telemedisin menyusul jumlah pasien COVID-19 yang dirawat secara isolasi mandiri (isoman) di rumah tinggal semakin bertambah.

"Untuk paket obat pasien isoman, saat ini sudah 95 persen kita bisa mengantarkan obat ke rumah pasien dalam tempo 1x24 jam, dan sudah mempercepat pengadaan obat bekerja sama dengan Kimia Farma," ujarnya.

Ia mengatakan, penambahan pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit terus terkendali, dan pada Kamis (10/2) pukul 16.30 WIB, tercatat kenaikan hanya 1,7 persen menjadi 28 persen dibanding kemarin 26,3 persen. Meskipun COVID-19 varian Omicron menular lebih cepat daripada varian Delta, kata Abdul Kadir, gejala yang ditimbulkan Omicron tidak seberat gejala Delta.

Namun, masyarakat harus tetap waspada karena bisa berbahaya bagi beberapa kelompok tertentu seperti lansia, anak-anak, orang dengan komorbid, dan orang yang belum divaksinasi.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement