Senin 14 Feb 2022 19:34 WIB

Mesir Tingkatkan Peran di Gaza

Mesir menjanjikan 500 juta dolar AS untuk membangun kembali wilayah Gaza.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Warga Palestina berjalan melewati bendera Mesir di sisi jalan di Beit Lahiya, di utara Jalur Gaza, 25 Januari 2022. Setelah bertahun-tahun bekerja di belakang layar, Mesir kini mengambil peran lebih besar di Gaza.
Foto: AP Photo/Khalil Hamra
Warga Palestina berjalan melewati bendera Mesir di sisi jalan di Beit Lahiya, di utara Jalur Gaza, 25 Januari 2022. Setelah bertahun-tahun bekerja di belakang layar, Mesir kini mengambil peran lebih besar di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Setelah bertahun-tahun melakukan aktivitas di belakang layar di Jalur Gaza, Mesir muncul ke publik. Bendera Mesir dan papan reklame yang memuji Presiden Abdel-Fattah el-Sissi berkibar di seluruh wilayah Palestina itu.

Sejak menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang berkuasa di Gaza, Mesir telah mengirim kru untuk membersihkan puing-puing dan berjanji untuk membangun kompleks apartemen baru yang luas. Ini adalah tampilan baru bagi pemerintah Mesir, yang telah menghabiskan bertahun-tahun bekerja dengan tenang untuk mendorong pembicaraan gencatan senjata Israel-Hamas dan rekonsiliasi antara faksi-faksi Palestina yang bersaing.

Baca Juga

Pergeseran ini dapat membantu mencegah atau setidaknya menunda serangan kekerasan lainnya. Dengan menampilkan dirinya sebagai pembawa damai Timur Tengah, Mesir juga dapat menumpulkan upaya oleh pemerintahan Joe Biden dan beberapa anggota parlemen Amerika Serikat (AS) untuk meminta pertanggungjawaban negara itu atas pelanggaran hak asasi manusia.

Serangan Gaza 11 hari pada Mei lalu memungkinkan Mesir untuk sekali lagi memasarkan dirinya sebagai mitra keamanan yang sangat diperlukan bagi Israel di kawasan itu. Menurut pakar Mesir di lembaga think-tank Middle East Institute Hafsa Halawa mengatakan, pada gilirannya menjadikannya mitra keamanan yang sangat diperlukan bagi AS.

"Gaza adalah pengingat bagi semua orang, secara efektif, bahwa Anda tidak dapat benar-benar melakukan apa pun tanpa Mesir," katanya.

Bantuan yang diperluas dan pengawasan atas Rafah, memberi Mesir pengaruh atas Hamas. Mesir bergabung dengan Israel dalam memberlakukan blokade yang melumpuhkan di wilayah itu setelah pengambilalihan Hamas. Namun kedua negara baru-baru ini mengambil langkah-langkah untuk melonggarkan pembatasan, secara diam-diam mengakui bahwa pemerintahan Hamas akan tetap ada.

Setelah merundingkan gencatan senjata informal yang mengakhiri serangan Gaza, Mesir menjanjikan 500 juta dolar AS untuk membangun kembali wilayah itu. Negara ini mengirim kru kerja untuk membersihkan puing-puing.

Meskipun masih belum jelas berapa banyak uang yang telah dikirimkan, Wakil direktur Kementerian Perumahan yang dikelola Hamas Naji Sarhan mengatakan, Mesir sekarang mensubsidi pembangunan tiga kota yang menampung sekitar 300.000 penduduk. Pekerjaan juga sedang dilakukan untuk meningkatkan jalan pesisir utama Gaza.

Sarhan mengatakan proyek tersebut akan memakan waktu satu setengah tahun untuk diselesaikan. "Kami berharap dalam waktu dekat akan ada proyek bundel besar, terutama menara yang hancur karena perang,” katanya.

Alaa al-Arraj dari serikat kontraktor Palestina mengatakan, sembilan perusahaan Palestina akan mengambil bagian dalam proyek-proyek Mesir. Proyek-proyek tersebut akan menghasilkan sekitar 16.000 pekerjaan yang sangat dibutuhkan di wilayah miskin itu.

Kehadiran Mesir sangat terasa. Hampir setiap minggu, delegasi Mesir mengunjungi Gaza untuk memeriksa pekerjaan tersebut. Mereka juga telah membuka kantor di hotel Kota Gaza untuk perwakilan teknis permanen.

Bendera Mesir dan spanduk perusahaan Mesir berkibar di atas buldoser, truk, dan tiang listrik. Puluhan pekerja Mesir telah tiba, tidur di sebuah asrama darurat di sebuah sekolah Kota Gaza.

Selama lima hari dalam seminggu, truk-truk Mesir yang penuh dengan bahan bangunan mengalir ke Gaza melalui penyeberangan Rafah. Kontraktor Gaza yang terlibat dalam rekonstruksi Suhail Saqqa mengatakan, aliran material Mesir yang stabil sangat penting.

"Barang-barang itu tidak dibatasi oleh penyeberangan Israel, dan ini menjadikannya penting," kata Saqqa.

Proyek-proyek tersebut merupakan bagian dari penataan kembali yang lebih luas.  Bertahun-tahun Gaza terperangkap dalam tarik ulur antara negara-negara Arab menyusul pergolakan protes Arab Spring 2011.

Peran Kairo yang berkembang memberi alat yang ampuh untuk menegakkan kepatuhan Hamas terhadap gencatan senjata. Mesir dapat menutup Rafah kapan pun, sehingga hampir tidak mungkin bagi siapa pun untuk melakukan perjalanan masuk atau keluar dari Gaza, yang merupakan rumah bagi lebih dari dua juta warga Palestina.

Kekuatan yang dibangun Mesir ini mungkin cukup untuk mencegah pecahnya permusuhan lagi dalam waktu dekat. Meski itu tidak membahas konflik mendasar yang telah memicu empat serangan antara Israel dan Hamas serta pertempuran yang tak terhitung jumlahnya selama 15 tahun terakhir. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement