Senin 14 Feb 2022 17:11 WIB

Luhut: DKI Jakarta Sudah Lewati Puncak Kasus Omicron

Data kasus harian, kasus aktif dan rawat inap di DKI Jakarta menunjukkan penurunan.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Andri Saubani
 Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut DKI Jakarta sudah melewati puncak kasus Omicron.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut DKI Jakarta sudah melewati puncak kasus Omicron.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan kabar baik terkait perkembangan kasus Covid-19 di DKI Jakarta. Ia menyebut, tren kasus di DKI Jakarta kini mulai menunjukan tanda-tanda telah melewati puncak kasus, baik pada kasus harian, kasus aktif, maupun rawat inap yang telah menunjukkan penurunan.

“Berita positifnya, tren kasus di DKI Jakarta menunjukan tanda-tanda mulai melewati puncaknya. Baik kasus harian, kasus aktif, maupun rawat inap mulai menunjukan penurunan,” ujar Luhut saat konferensi pers usai rapat terbatas evaluasi PPKM bersama Presiden, Senin (14/2/2022).

Baca Juga

Namun demikian, pemerintah mencatat terjadinya peningkatan kasus di daerah lain, yakni DIY, Jawa Timur, dan juga Jawa Barat. Luhut menyebut, peningkatan jumlah kasus di daerah-daerah ini juga tercatat masih di bawah dari puncak Delta.

“Tidak hanya kasus, jumlah rawat inap rumah sakit di provinsi Jawa Bali sebagian besar masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan Delta,” kata Luhut.

 

Luhut pun menegaskan, pemerintah tak menganggap enteng perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini. Namun berdasarkan data yang ada, ia meminta masyarakat agar tak takut terhadap varian Omicron secara berlebihan. Karena itu, ia tetap meminta masyarakat untuk berhati-hati menghadapi varian ini.

“Tetap kita harus super hati-hati menghadapi perilaku dari Omicron ini yang masih banyak juga yang belum kita tidak tahu,” ungkapnya.

Ia memaparkan, angka BOR yang dipublikasikan oleh pemerintah saat ini belum mencerminkan kapasitas maksimum. Menurut Luhut, jika dibandingkan dengan kapasitas maksimum tempat tidur pada saat puncak Delta tahun lalu, maka BOR saat ini masih jauh lebih rendah.

“Misalnya, tempat tidur yang disiapkan di Jawa Bali hari ini hanya sekitar 55 ribu. Di mana terisi 21 ribu tempat tidur, sehingga terlihat BOR saat ini di angka 39 persen. Bila menggunakan kapasitas maksimal di angka 87 ribu tempat tidur seperti saat Delta, maka BOR hari ini di Jawa Bali hanya terisi 25 persen saja,” jelas Luhut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement