Ahad 13 Feb 2022 16:17 WIB

Minyak Goreng di Pasar Tangsel Masih Langka

Kelangkaan minyak goreng terjadi dalam kurun waktu sekitar satu bulan.

Rep: Eva Rianti/ Red: Muhammad Fakhruddin
Minyak Goreng di Pasar Tangsel Masih Langka (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Minyak Goreng di Pasar Tangsel Masih Langka (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,TANGERANG SELATAN – Kelangkaan minyak goreng di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) masih bergulir. Sejumlah pedagang mengeluhkan kondisi langkanya salah satu bahan sembako tersebut.

Salah satunya, Ardi (30 tahun), pedagang di Pasar Modern BSD, Serpong mengatakan, setidaknya langkanya minyak goreng terjadi sekitar tiga minggu atau sejak momen kebijakan satu harga minyak goreng Rp14 ribu per liter diberlakukan di pasar.

Baca Juga

“Pasokan langka, lagi susah, ya hampir satu bulan yang lalu lah. Sejak ada subsidi itu, baru satu kali barangnya datang, setelah itu kosong sampai sekarang,” ujar Ardi saat ditemui di Pasar Modern BSD, Ahad (13/2).

Ardi menuturkan, saat ini dirinya tidak bisa menjual merek-merek minyak goreng kemasan yang disubsidi oleh pemerintah. Dia mengaku hanya bisa menjual merek minyak goreng lain yang tanpa subsidi atau dengan harga yang relatif lebih tinggi.

“Semacam Sania, Bimoli, Filma, Tropical itu sudah enggak kita jual karena enggak ada barangnya. Jadi enggak menjual yang minyak sawit. Saya jualnya yang minyak kelapa atau minyak jagung,” ungkapnya.

Ardi menyebut beberapa kali memperoleh informasi adanya stok minyak goreng subsidi Rp28 ribu per 2 liter. Namun, menurut penuturannya, meski sudah berkali-kali memesan, barangnya tidak juga datang.

“Ada informasi stoknya ada, tapi cuma surat doang. Saya sudah order terus sebenarnya, tapi enggak datang-datang barangnya,” keluhnya.

Senada, Imei (43), pedagang lainnya mengatakan kelangkaan minyak goreng terjadi dalam kurun waktu sekitar satu bulan, sehingga dia mengaku tidak dapat memenuhi kebutuhan para pembeli. Kondisi itu diakuinya membuat pelanggannya menjadi berkurang.

“Ya saya mengeluhkan hal itu. Pelanggan jadi berkurang juga. Pendapatan sebenarnya cuma sedikit untungnya,” kata dia.

Sebagai alternatif, Imei menyediakan merek minyak goreng lainnya yang tanpa subsidi untuk pelanggannya. Dia menyebut, para pembeli pada akhirnya membeli minyak goreng yang tersedia, meskipun harganya lebih mahal. “Mereka (pembeli) beralih ke minyak yang ada. Sekarang enggak mandang merek, yang penting ada saja minyaknya. Kan mereka butuh,” kata dia.

Imei tidak mengetahui kendala yang terjadi pada masalah kelangkaan minyak goreng tersebut. Namun, dia mengatakan masih menunggu antrian untuk mendapatkan stok minyak goreng subsidi. “Kurang tahu karena apa, kan nunggu antrian online. Yang jelas kami sudah dapat pemberitahuan untuk menjual dengan harga subsidi, tapi barangnya enggak ada,” ujarnya.

Sementara itu, pantauan di sejumlah toko ritel di kawasan Tangsel, stok minyak goreng dengan harga subsidi Rp28 ribu per 2 liter juga tidak tampak ter-display di rak. Salah satu pegawai toko ritel mengatakan, di setiap harinya ada rata-rata 2—5 karton minyak goreng bersubsidi yang datang ke toko. Namun, barang tersebut bisa langsung ludes dalam hitungan menit hingga jam.

“Tiap hari (stok minyak) datang, tapi langsung habis. Datangnya enggak pasti, entah sore, malam, atau siang. Kami enggak display, kami taruh di kasir. Itu juga cepat sekali habisnya,” tuturnya.

Sebagaimana diketahui, minyak goreng satu harga Rp14 ribu per liter diterapkan sejak Rabu (19/1) di seluruh toko ritel. Sepekan kemudian, atau pada Rabu (26/1), kebijakan satu harga minyak goreng kemasan juga diberlakukan di pasar. Hal tersebut diterapkan seiring dengan tingginya harga minyak goreng di pasaran yang tak turun-turun sejak momen Libur dan Tahun Baru (Nataru) 2022.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement