Kamis 10 Feb 2022 14:27 WIB

Uji Coba Rudal Korut Dapat Menimbulkan Krisis di Semenanjung Korea

Korsel menyerukan dialog dan diplomasi untuk mencegah krisis di Semenanjung Korea.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in
Foto: Joint Press Photo/Pool Photo via AP
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan, Semenanjung Korea akan terjerumus dalam krisis jika Korea Utara terus melanjutkan uji coba nuklir atau rudal jarak jauh. Moon menyerukan dialog dan diplomasi untuk mencegah terjadinya krisis.

“Jika peluncuran rudal Korea Utara yang berulang-ulang melanggar moratorium (yang dipaksakan sendiri oleh Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un), itu akan langsung membawa Semenanjung Korea kembali ke situasi krisis lima tahun lalu ketika ada kekhawatiran perang. Para pemimpin politik negara-negara terkait harus terlibat dalam dialog dan diplomasi untuk mencegah krisis serupa,” kata Moon, dilansir Aljazirah, Kamis (10/2/2022).

Baca Juga

Ketegangan baru antara Pyongyang dan Washington telah menjadi kemunduran besar bagi Moon, yang berambisi untuk memulihkan hubungan antar-Korea. Moon mengakui, dia telah kehabisan waktu untuk mewujudkan perdamaian antar-Korea. Moon akan mengakhiri masa jabatannya sebagai presiden pada Mei mendatang. 

Moon mengatakan, pencapaiannya yang paling berharga adalah membantu mengarahkan dialog dan diplomasi daripada konfrontasi militer. Sementara penyesalan terbesar Moon adalah pertemuan tingkat tinggi antara Amerika Serikat dan Korea Utara di Hanoi, yang gagal mencapai kesepakatan.  

"Sangat disesalkan bahwa pertemuan tingkat tinggi itu berakhir dengan 'tidak ada kesepakatan', sementara kelanjutan dialog setidaknya harus dipastikan," kata Moon.

Moon mengatakan, kesepakatan yang lebih kecil dan bertahap masih harus dilakukan. Sementara kesepakatan yang lebih besar berada di luar jangkauan. 

“Jika pembicaraan Korea Utara-AS dilanjutkan dan para pemimpin Korea Utara dan Amerika Serikat secara historis bertemu sekali lagi, saya berharap mereka dapat mencapai kemajuan substansial dalam denuklirisasi Semenanjung Korea, pelaksanaan proses perdamaian dan normalisasi AS, serta hubungan Korea Utara," kata Moon.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden bersedia bertemu dengan Korea Utara kapan saja tanpa syarat. Tetapi Pyongyang enggan melanjutkan negosiasi kecuali Washington dan Seoul membatalkan "kebijakan bermusuhan" seperti latihan militer, sanksi, dan penumpukan senjata.

 "Komunikasi yang dengan Kim harus berlanjut, dan Presiden Biden akan terus melakukan upaya praktis untuk melanjutkan dialog," kata Moon.

Selama Januari Korea Utara mencatat rekor uji coba rudal. Kim Jong-un mengisyaratkan bahwa, dia dapat memerintahkan uji coba nuklir baru atau peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) untuk pertama kalinya sejak 2017.

Kim melakukan uji coba nuklir dan rudal balistik antarbenua yang sangat provokatif pada 2017. Hal ini memicu 'perkelahian' verbal serta ancaman perang antara Kim dengan mantan Presiden AS Donald Trump. Kemudian keduanya sepakat melakukan dialog untuk membahas denuklirisasi. Namun dialog itu menemui jalan buntu. 

Menteri Pertahanan Korea Selatan Suh Wook pada Kamis mengatakan, peluncuran rudal Korea Utara baru-baru ini menimbulkan ancaman langsung dan serius. Dalam panggilan telepon dengan menteri pertahanan AS dan Jepang, Wook berjanji untuk meningkatkan kemampuan respons berdasarkan aliansi AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement