Kamis 10 Feb 2022 08:56 WIB

Mikom UMB Dorong Kompetensi Digipreneur Remaja di Pandeglang

Meningkatnya pengguna media sosial di remaja memunculkan peluang bisnis baru

Rep: Agung P Vazza/ Red: Gita Amanda
Dr. Ahmad Mulyana, M.Si (kiri)
Foto: Dok Universitas Mercu Buana
Dr. Ahmad Mulyana, M.Si (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat saat ini, kehadiran media sosial merupakan sebuah keniscayaan di berbagai lapisan masyarakat, terutama di kalangan remaja. Selain mendapat informasi, kalangan remaja pun dapat pula memberi informasi, berekspresi, dan berkreasi. Selain itu, meningkatnya fenomena penggunaan media sosial di kalangan remaja juga memunculkan peluang bisnis baru dalam bidang industri kreatif.

"Penggunaan media sosial juga menghadirkan peluang-peluang bisnis baru bagi remaja, dan karenanya kalangan remaja penting mendorong kompetensi sebagai digipreneur (wirausaha digital)," ungkap dosen program magister ilmu komunikasi (Mikom) Universitas Mercu Buana, Dr. Ahmad Mulyana, M.Si, saat menjadi narasumber dengan tema 'Empowerment of Digipreunership Competence for Youth in Pandeglang Banten in the Digital Economy Era'. Tema tersebut merupakan bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat Mikom UMB bekerja sama dengan Universiti Utara Malaysia (UUM) dan SMKN 2 Kabupaten Pandeglang, Banten, Rabu (9/2/2022), yang mengusung tema 'Literacy of Social Media in The Digital Era: Opportunities and Challanges'.

Baca Juga

Dalam kegiatan secara daring yang diikuti sejumlah remaja siswa SKMN 2 dan sekolah lain di Kabupaten Pandeglang, Mulyana menjelaskan penggunaan media sosial di kalangan remaja dapat menjadi pintu masuk untuk memanfaatkan peluang wirausaha digital sebagai bentuk sumber ekonomi baru yang berbasis pada digital. Penggunaan media sosial membuka kesempatan bagi remaja untuk memiliki pendapatan tambahan dengan menerjuni industri kreatif. Dalam konteks ini, remaja tidak hanya bisa menjadi konsumen tapi juga menjadi produsen karena memiliki kemampuan mengelola informasi. "Kita mengenalnya sebagai prosumer (produsen sekaligus konsumer)," ujarnya.

Industri kreatif sendiri disebutnya berbasis kreatifitas, keahlian, dan talenta pengguna media sosial. Basis itulah yang dinilainya mampu mendorong remaja memiliki kemampuan sebagai content creator, mengubah konten menjadi sebuah produk yang dapat dimonetisasi. Media sosial yang semula bertujuan sebagai media komunikasi interaktif yang bersifat dua arah, kini membuka peluang baru dalam inovasi industri kreatif. "Lahirnya content creator sebagai profesi menjadi salah satu wujud inovasi industri kreatif dengan bantuan media sosial di dunia bisnis. Tak hanya itu, content creator membuka peluang bagi siapapun untuk menciptakan jati diri secara utuh (personal branding), sekaligus mendapatkan penghasilan melalui model bisnis baru," jelas Mulyana.

Saat ini, pekerjaan content creator semakin popular di dunia kreatif. Namun, untuk menjadi content creator tidak mudah, lantaran harus menciptakan beragam jenis konten sekaligus, mulai dari tulisan hingga video, layaknya seorang blogger, vlogger dan podcaster yang menjadi satu. Selain itu, melalui penggunaan media sosial remaja dapat pula memasarkan produk-produk seperti kerajinan dan sebagainya.

Mulyana juga menjelaskan kreativitas sangat penting untuk menghasilkan konten yang orisinil, dengan memanfaatkan ide-ide kreatifnya. Kemampuan dan kreativitas, menurutnya, akan terasah seiring berjalannya waktu jika remaja rajin mempelajari dan memproduksi banyak konten. Selain itu, remaja pengguna media sosial, untuk menjadi produsen konten juga perlu memperhatikan perkembangan tren di lingkungan sekitar. "Kegiatan pengabdian masyarakat terkait penggunaan media sosial sebagai peluang bisnis baru bagi remaja diharapkan menumbuhkan ekonomi baru daera sekaligus memiliki daya tangkal terhadap efek negatif teknologi informasi," tegas Mulyana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement