Kamis 10 Feb 2022 04:25 WIB

Arab Saudi Wajibkan Tes PCR untuk Pelancong

Para pelancong harus menunjukkan hasil tes PCR dan tes antigen negatif.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Warga Arab Saudi di bandara. Arab Saudi Wajibkan Tes PCR untuk Pelancong
Foto: Arab News/Basher Saleh
Warga Arab Saudi di bandara. Arab Saudi Wajibkan Tes PCR untuk Pelancong

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kerajaan Arab Saudi mewajibkan prosedur pengujian Covid-19 bagi para pelancong yang datang mulai Rabu (9/2/2022). Para pelancong harus menunjukkan hasil tes PCR dan tes antigen negatif untuk memasuki Saudi dengan sampel yang diambil tidak lebih dari 48 jam dari tanggal keberangkatan mereka ke kerajaan.

Otoritas Umum untuk Penerbangan Sipil juga memperbarui aturan bagi mereka yang meninggalkan Kerajaan. Sedangkan anak-anak di bawah usia delapan tahun dikecualikan dari tes, meskipun peraturan negara asal terkait prosedur tes Covid-19 untuk anak harus diperhitungkan.

Baca Juga

Dilansir dari Arab News, Rabu (9/2/2022), langkah-langkah tersebut mulai berlaku pada pukul 01.00 waktu setempat pada Rabu, 9 Februari. Kebijakan baru ini juga mencakup warga negara harus menerima suntikan vaksin Covid-19 sebelum meninggalkan Kerajaan. Dosis ketiga atau booster bisa didapat setelah tiga bulan sejak suntikan dosis kedua.

Mereka yang berusia di bawah 16 tahun dibebaskan, serta mereka yang memegang status "dikecualikan" di Tawakkalna juga dibebaskan. Warga yang dites positif tetapi telah menerima jumlah penuh dosis vaksin yang disetujui oleh Kerajaan diizinkan masuk setelah tujuh hari sejak tanggal tes positif mereka tanpa perlu pemeriksaan ulang. Kemudian mereka yang tidak menyelesaikan dosis vaksin yang disetujui sepenuhnya dapat masuk kembali ke Kerajaan setelah 10 hari sejak tanggal tes positif.

Menurut konsultan penyakit menular dan kepala departemen penyakit dalam di Rumah Sakit King Fahad di Jeddah Wail Bajhmom, tes antigen adalah tes komersial untuk mendiagnosis dengan cepat keberadaan partikel virus corona. “Dengan kata lain, ini adalah tes yang mencari keberadaan partikel virus corona dalam sampel yang digunakan dari subjek, digunakan secara komersial sebagai tes antigen cepat dan mengikuti fakta sederhana bahwa dalam kasus adanya Covid-19 akan terjadi reaksi antara virus (antigen) dengan senyawa dalam kit dan menunjukkan hasil yang positif,” ujarnya

“Tes tentu akan menunjukkan hasil negatif jika tidak ada reaksi, yang berarti tidak ada virus. Metode yang disebut rapid antigen test ini merupakan metode yang terkenal untuk mendeteksi virus dan infeksi lainnya secara cepat,” tambahnya.

Perbedaan antara tes antigen cepat dan tes reaksi berantai polimerase adalah waktu hasil. Bila menggunakan RAT hasilnya akan dicapai dalam waktu yang sangat singkat yaitu 15 menit dan lebih murah dengan sensitivitas tinggi yang berarti ada kemungkinan besar tes ini untuk menangkap pasien positif.

“Apalagi RAT adalah tes yang sangat sederhana dimana bisa dilakukan di rumah tanpa perlu membawa sampel ke laboratorium,” ujarnya.

Bajhmom menyoroti PCR adalah tes yang lebih rinci dan spesifik, dan dapat mendeteksi keberadaan virus corona dalam sampel bahkan dalam jumlah minimal. “Selain itu, tes harus dilakukan di laboratorium khusus dan harus dijalankan oleh tenaga medis khusus yang terlatih. Ini masih merupakan metode standar emas untuk mendiagnosis Covid-19. Padahal, itu lebih mahal daripada rapid antigen test dan membutuhkan waktu lebih lama untuk mengungkapkan hasilnya,” ujarnya.

“Singkatnya, tes antigen cepat untuk infeksi Covid-19 adalah salah satu tes yang paling berguna dan lebih murah untuk memberikan hasil yang cepat dan sensitif, dan ini adalah praktik yang sangat baik untuk digunakan untuk menyaring pelancong, tetapi PCR masih menjadi tes yang direkomendasikan,” ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement