Selasa 08 Feb 2022 22:33 WIB

UMKM Bandarlampung Kesulitan Dapat Minyak Goreng

Pelaku UMKM mengaku kelangkaan minyak goreng menggangu usaha mereka.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja menggoreng tahu di sebuah tempat usaha skala UMKM. Pelaku UMKM di Bandarlampung mengaku kesulitan mendapatkan minyak goreng.
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Pekerja menggoreng tahu di sebuah tempat usaha skala UMKM. Pelaku UMKM di Bandarlampung mengaku kesulitan mendapatkan minyak goreng.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Sejumlah pelaku UMKM di Kota Bandarlampung, Provinsi Lampung, kesulitan mendapatkan pasokan minyak goreng akibat ketersediaan di sejumlah ritel modern dan pasar tradisional yang menipis.

"Memang beberapa hari terakhir stok minyak goreng di beberapa ritel modern serta pasar tradisional agak susah," ujar salah satu pedagang makanan, Elpi, di Bandarlampung, Selasa (8/2/2022).

Baca Juga

Ia mengatakan, dalam memenuhi kebutuhan minyak goreng bagi keberlangsungan usahanya, dia harus mencari stok minyak goreng di beberapa tempat. "Kemarin sudah antre di supermarket, tapi hari ini sisa minyak yang harganya mahal. Jadi coba cari di beberapa retail hanya ada minyak goreng kemasan 1 liter beberapa buah tadi, jadi hanya beli dua liter saja karena harus bagi dengan pembeli lain," kata dia.

Menurut Elpi, meski harga minyak goreng telah terjangkau yakni Rp 14.000 per liter untuk minyak goreng kemasan premium dan Rp 13.500 per liter kemasan sederhana dan Rp 11.000 per liter untuk minyak curah. Ketersediaan pasokan minyak goreng di pasaran mulai berkurang.

"Karena kebutuhan saya untuk usaha gorengan dan makanan, jadi agak kesulitan ketika minyak goreng harganya terjangkau tapi susah mencarinya," ucap Elpi.

Hal serupa juga dikatakan salah satu pelaku usaha makanan rumahan di Kota Bandarlampung, Bagas. "Cukup mengganggu untuk produksi karena usaha ini ketergantungan dengan minyak goreng dan sekarang mau dapat minyak satu liter saja harus antre atau datang ke pasar murah," ucap Bagas.

Dia menjelaskan, untuk menyiasati kerugian karena sulitnya mendapatkan minyak goreng di pasaran, ia memilih untuk mengurangi produksi produk berbahan dasar minyak goreng. "Makanan yang menggunakan minyak goreng kita kurangi produksinya diganti dengan produk yang lain. Lalu ukurannya agak di perkecil juga ini jadi salah satu siasat agar tidak rugi," kata Bagas.

Diketahui di tengah langkanya pasokan minyak goreng kemasan di pasaran Kementerian Perdagangan telah menyatakan bahwa harga minyak goreng dalam proses stabilisasi dengan penerapan kebijakan baru yakni domestic mandatory obligation (DMO) dan domestic price obligation (DPO). Di Provinsi Lampung pun telah dilakukan sejumlah upaya untuk menjaga stabilitas harga serta pasokan minyak goreng salah satunya dengan melaksanakan operasi pasar dan pasar murah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement