Selasa 08 Feb 2022 09:23 WIB

FISIP UMM dan Pemkab Magetan Kerja Sama Pengembangan PLTMH

Magetan bisa menjadi salah satu lokasi mengembangkan energi terbarukan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhamamdiyah Malang (UMM) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pemerintah Kabupaten Magetan.
Foto: Dokumen.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhamamdiyah Malang (UMM) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pemerintah Kabupaten Magetan.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pemerintah Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Kesepakatan ini bertujuan dalam rangka meluaskan wilayah untuk menebar manfaat.

Rektor UMM, Fauzan berharap kerja sama Kampus Putih melalui FISIP UMM dengan Kabupaten Magetan bisa memberikan sebaik-baik manfaat untuk kedua belah pihak. Menebarkan manfaat bagi mereka yang membutuhkan, sekaligus membantu memajukan bangsa.

Salah satu yang mungkin bisa dicoba adalah Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Menurut Fauzan, sivitas di UMM yang fokus di energi terbarukan juga telah memiliki database wilayah mana saja yang memungkinkan dibangun PLTMH.

Kabupaten Magetan mungkin bisa menjadi salah satu lokasi untuk mengembangkan energi terbarukan. Begitupun juga dengan pengembangan biogas yang sudah UMM lakukan dan turunannya yang dijadikan sebagai pupuk.  "Apalagi melihat potensi Magetan yang memiliki banyak peternak sapi,” katanya, Senin (7/2/2022).

Selain penandatanganan MoU, Bupati Magetan Suprawoto juga berkesempatan untuk memberikan motivasi dan materi mahasiswa baru dalam Student Day yang bertajuk bertajuk "Pembentukan dan Penguatan Idealisme Mahasiswa Melalui Penulisan Karya Ilmiah."  

Kang Woto, panggilan akrabnya menjelaskan, mahasiswa sebagai iron stock dan agent of change harus mampu menjadi garda terdepan dalam agenda perubahan.  Menurut Kang Woto, ada tiga hal yang bisa menyebabkan perubahan tersebut, yakni ide, teknologi dan interaksi.

Ide-ide yang dituangkan dalam tulisan akan membuat perubahan. Menulis bisa memonopoli kebenaran, bahkan mampu memonopoli sejarah. "Coba bayangkan jika tidak ada yang menulis, maka sejarah tidak pernah ada. Betapa menderitanya sebuah bangsa jika tidak ada yang mau menulis,” ungkapnya.

Kang Woto juga memaparkan ada sembilan cara yang bisa dilakukan untuk membentuk karakter diri yang kuat pada mahasiswa. Hal ini dimulai dengan menghargai diri sendiri, mampu mengenal dan mengendalikan diri sendiri, serta memiliki sikap mau terus belajar. Kemudian ada pula kedisiplinan dan berkomitmen.

Adapun idealisme mahasiswa akan semakin kuat jika membiasakan diri untuk menulis. “Utamanya upaya untuk menulis karya ilmiah, ya.  Dengan membiasakan menulis, 85 persen dari sembilan cara membentuk karakter diri ini dapat terpenuhi sekaligus,” kata bupati yang sudah merilis tujuh judul buku ini.

Pada kesempatan sama, dia juga menyampaikan sejumlah kiat bagaimana mengelola waktu sehingga bisa tetap produktif sekalipun sibuk. Dia mengimbau kepada mahasiswa agar tidak perlu menunggu mood untuk menulis. Menulis harus dipaksa dan disempatkan di sela-sela aktivitas.

Untuk bisa mengumpulkan inspirasi menulis, ada beberapa hal yang harus dipenuhi. Satu yang paling utama adalah membaca buku. Suprawoto juga sempat mengisahkan kegilaannya pada buku-buku.

“Jika petani menemukan kenikmatan ketika mencangkul di sawah, kalau saya, hidup terasa nikmat ketika dikelilingi oleh buku-buku. Membaca adalah healing terbaik yang mampu menenangkan saya,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement