Selasa 08 Feb 2022 08:49 WIB

BRI Siapkan Belanja Modal Rp 8 Triliun untuk Perkuat Digitalisasi

57 persen dari anggaran capex BRI dialokasikan untuk belanja IT.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) Sunarso mengatakan BRI menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 7 triliun sampai Rp 8 triliun pada 2022. Adapun belanja modal digunakan penguatan digitalisasi.
Foto: istimewa
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) Sunarso mengatakan BRI menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 7 triliun sampai Rp 8 triliun pada 2022. Adapun belanja modal digunakan penguatan digitalisasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 7 triliun sampai Rp 8 triliun pada 2022. Adapun belanja modal digunakan penguatan digitalisasi.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan perseroan menganggarkan capex sekitar Rp 7 triliun sampai Rp 8 triliun setiap tahun. Dari jumlah tersebut, lebih dari separuhnya dialokasikan belanja modal IT.

Baca Juga

"Dan 57 persen dari anggaran tersebut kita alokasikan capex IT. Jadi sedemikian concern kita terhadap transformasi digital kita yang basisnya adalah IT," ujarnya dalam keterangan pers tertulis, Selasa (8/2/2022).

Menurutnya perseroan berupaya memperkuat aspek digitalisasi untuk menghasilkan model bisnis baru. Sunarso mengungkapkan model bisnis baru yang mengandalkan digitalisasi dipercaya dapat membawa efisiensi dalam operasional BRI Group.

“Saat ini BRI menerapkan konsep hybrid bank yang memastikan masyarakat yang belum terlalu familiar terhadap digitalisasi bisa tetap terlayani. BRI mengacu pada tiga prinsip utama dalam menerapkan hybrid bank,” ungkapnya.

Pertama, digitalisasi proses bisnis untuk mendongkrak produktivitas serta efisiensi. Implementasi efisiensi bisnis proses ini dapat ditunjukan dari layanan BRImo, BRISpot, serta BRILink.

Kedua, menyertakan digitalisasi BRI dalam ekosistem bisnis. Penetrasi ke ekosistem digital ini berimplikasi positif terhadap pertumbuhan dana murah (CASA), Fee Based Income (FBI), hingga bisa menjaring nasabah baru.

Ketiga, optimalisasi layanan fully digital sehingga dapat memperkuat layanan yang lebih customer centric. Disamping itu, transformasi digital ini juga berlaku anak perusahaan sehingga bisa menimbulkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan menghasilkan diversifikasi income BRI Group.

“Sehingga boleh saya katakan kalau kita hanya buat digital bank saja, ya create value sementara tetapi kemudian sustainability-nya tidak menjadi prioritas. Berbeda dengan yang BRI jalankan, keterlibatan transformasi anak perusahaan di-support oleh BRI. Ambil contoh Bank Raya yang akan dijadikan digital bank, disupport penuh oleh induknya,” ucapnya.

Perseroan mencatat layanan digital juga semakin diandalkan oleh nasabah. Hal itu tercermin dari BRImo yang konsisten mencatatkan pertumbuhan pengguna hingga dua digit dalam tiga tahun terakhir.

Baca juga : Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi 2021 Sesuai Skenario Pemulihan

Pada 2019, pengguna BRImo mencapai 2,96 juta dengan frekuensi transaksi 100,74 juta kali senilai Rp 33,78 triliun. Adapun kinerja tersebut kemudian semakin kokoh pada tahun berikutnya.

Sepanjang 2020, pengguna BRImo naik menjadi 9,05 juta dengan frekuensi transaksi 764,84 juta kali yang membukukan nilai transaksi senilai Rp 197,43 triliun. Pada akhir 2021 terdapat 14,15 juta pengguna dengan laju transaksi yang melesat hingga 66,24 persen secara year on year (yoy) menjadi 1,27 miliar transaksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement