Senin 07 Feb 2022 15:01 WIB

PLN Buka Lelang Bagi Industri Baterai Canggih nan Murah, Mau Ikut?

PLN dalam lelang akan utamakan investor yang suguhkan listrik EBT namun murah

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warga memeriksa baterai Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) di Dusun Bondan, Desa Ujung Alang, Kampung Laut, Cilacap, Jateng.  PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) saat ini sedang membuka lelang untuk pergantian PLTD ke PLTS beserta Baterai untuk wilayah terpencil, tertinggal dan terdepan (3T). Meski harganya saat ini masih menjadi tantangan, PLN dalam lelang yang sedang berlangsung saat ini mengutamakan investor yang bisa menyuguhkan listrik berbasis EBT namun murah.
Foto: ANTARA/Idhad Zakaria/rwa.
Warga memeriksa baterai Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) di Dusun Bondan, Desa Ujung Alang, Kampung Laut, Cilacap, Jateng. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) saat ini sedang membuka lelang untuk pergantian PLTD ke PLTS beserta Baterai untuk wilayah terpencil, tertinggal dan terdepan (3T). Meski harganya saat ini masih menjadi tantangan, PLN dalam lelang yang sedang berlangsung saat ini mengutamakan investor yang bisa menyuguhkan listrik berbasis EBT namun murah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) saat ini sedang membuka lelang untuk pergantian PLTD ke PLTS beserta Baterai untuk wilayah terpencil, tertinggal dan terdepan (3T). Meski harganya saat ini masih menjadi tantangan, PLN dalam lelang yang sedang berlangsung saat ini mengutamakan investor yang bisa menyuguhkan listrik berbasis EBT namun murah.

Direktur Perencanaan Korporat PLN, Evy Haryadi mengatakan hingga 2030 mendatang PLN akan menggantikan PLTD yang ada di Indonesia menjadi PLT EBT Base Load. Artinya, PLTD yang ada akan digantikan menggunakan PLTS namun dengan dukungan baterai sehingga listrik bisa 24 menyala di masyarakat.

"Tantangannya saat ini memang harga baterai untuk mendampingi PLTS nya masih mahal. Maka dalam bidding yang saat ini kami buka kami mencari inovasi teknologi sehingga bisa menekan harga BPP dari PLTS combain dengan baterai ini," ujar Evy secara virtual, Senin (7/2).

Evy menjelaskan hingga 2030 mendatang PLN membutuhkan PLT EBT Base Load dengan total kapasitas 1,1 GW. Nantinya, pembangkit ini bisa menghasilkan 7,7 TWh energi dalam setahun.

Ia berhitung, saat ini biaya kemahalan energi hijau yang harus dihadapi oleh PLN mencapai Rp 13 triliun. Hitugan ini diambil jika harga PLTS plus baterai maka ongkos beli listrik oleh PLN berada di angka 12 sen dolar AS per kwh.

Harga ini berbanding terbalik degan BPP PLTU yang hanya 6-8 sen dolar AS per kwh. "Diperlukan inovasi teknologi sehingga harga PLTS + BESS dapat bersaing dengan PLTU pada harga BPP sekitar 6-8 sen dolar AS per kwh," ujar Evy.

Ia merinci hingga 2030 mendatang PLN perlu PLT EBT Base Load di 13 wilayah di Indonesia. Hal ini sudah termaktup dalam RUPTL 2021-2030.

Misalnya, di Bangka Belitung PLN membutuhkan 3 PLT EBT Base Load degan masih masing kapasitas 2 x 50 MW, 2 x 15 MW dan 2 x 100 MW. Sedangkan di Maluku, PLN membutuhkan PLT EBT Base Load degan kapasitas 2 x 25 MW yang terletak di Ambon. Untuk di Papua dan Papua Barat PLN butuh PLT EBT Base Load dengan kapasitas masing masing 50 MW.

Untuk wilayah Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara, PLN membutuhkan 2 PLT EBT Base Load degan kapasitas masing masing 2X 100 MW dan 2 x 15 MW. Untuk di Kalimantan Barat, PLN membutuhkan PLT EBT Base Load dengan total kapasitas 100 MW.

Sedangkan di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) PLN membutuhkan dua PLT EBT Base Load dengan masing masing kapasitas 2 x 50 MW. Juga di wilayah NTT membutuhkan dua PLT EBT Base Load dengan masing masing kapasitas 50 MW.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement