Senin 07 Feb 2022 07:06 WIB

Daya Beli Petani Sulawesi Utara Masih Tinggi

Kendati NTP mengalami penurunan tipis, tapi masih bisa dikatakan petani sejahtera.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Petani menunjukkan padi jenis Inpera 42 di areal persawahan. Daya beli petani di Sulawesi Utara disebut masih tinggi.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petani menunjukkan padi jenis Inpera 42 di areal persawahan. Daya beli petani di Sulawesi Utara disebut masih tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara (Sulut) Asim Saputra mengatakan daya beli petani di daerah ini masih tinggi pada Januari 2022.

"Hal ini ditandai dengan Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulut pada bulan Januari 2022 masih berada di atas angka 100," kata Asim, di Manado, Ahad (6/2/2022).

Baca Juga

Asim mengatakan, kendati NTP mengalami penurunan tipis, tapi masih bisa dikatakan petani sejahtera.

Ia menjelaskan, NTP di Sulut pada Januari 2022 turun 0,31 persen menjadi 110,17 dibandingkan dengan bulan Desember masih 110,51.Turunnya NTP karena kecepatan penurunan indeks harga yang diterima (It) lebih tinggi dibandingkan indeks harga yang dibayar (Ib).Dia menguraikanIt turun hingga mencapai 0,56 persen, sementara Ib hanya turun 0,25 persen.

Secara tahun kalender 2022, NTP turun sebesar 0,31 persen, sedangkan menurut YoY (tahun ke tahun) masih naik 7,74 persen.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) sejalan dengan NTP yang bergerak turun, NTUP mengalami penurunan -0,94 persen, dari nilai 111,68 di bulan Desember menjadi 110,63 di bulan Januari. Perkembangan NTP Sulutmulai bulan November 2020 sudah menunjukkan nilai di atas 100, keadaan ini menunjukkan tingkat daya beli petani secara umum sudah lebih baik dibanding kondisi pada tahun 2018.

Dari hasil pemantauan harga komoditas di perdesaan, secara umum dapat dijelaskan bahwa penurunan NTP sebesar 0,31 persen, disumbang oleh penurunan It yang lebih cepat dibanding penurunan Ib. Menurut sektoral, terdapat dua subsektor yang mengalami penurunan NTP, yakni Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perikanan Budi Daya, sedangkan subsektor lainnya mengalami kenaikan.

Kenaikan tertinggi dialami oleh Hortikultura yang mencapai 2,84 persen, dan kenaikan terendah terjadi di subsektor Perikanan Tangkap hanya 0,30 persen.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement