Sabtu 05 Feb 2022 06:52 WIB

Emas Menguat, Risiko Inflasi Imbangi Kenaikan Dolar AS

8mbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun capai level tertinggi 2 tahun.

Petugas menunjukkan emas Antam di Butik Emas Logam Mulia Antam Denpasar Bali, Kamis (9/9/2021). Harga emas naik tipis pada akhir perdagangan berombak Jumat (4/2/2022), karena meningkatnya kekhawatiran inflasi membantu meredam tekanan dari dolar.
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Petugas menunjukkan emas Antam di Butik Emas Logam Mulia Antam Denpasar Bali, Kamis (9/9/2021). Harga emas naik tipis pada akhir perdagangan berombak Jumat (4/2/2022), karena meningkatnya kekhawatiran inflasi membantu meredam tekanan dari dolar.

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas naik tipis pada akhir perdagangan berombak Jumat (4/2/2022), karena meningkatnya kekhawatiran inflasi membantu meredam tekanan dari dolar yang lebih kuat dan imbal hasil (yields) obligasi pemerintah AS yang lebih tinggi setelah data pekerjaan AS secara mengejutkan optimis.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak 3,70 dolar AS atau 0,2 persen, menjadi menetap pada 1.807,80 dolar AS per ons. Untuk minggu ini, kontrak emas berjangka menguat 1,3 persen.

Baca Juga

Sehari sebelumnya, Kamis (3/2/2022), emas berjangka tergelincir 6,20 dolar AS atau 0,3 persen menjadi 1.804,10 dolar AS, setelah bertambah 8,80 dolar AS atau 0,5 persen menjadi 1.810,30 dolar AS pada Rabu (2/2/2022), dan menguat 5,10 dolar AS atau 0,3 persen menjadi 1.801,50 dolar AS pada Selasa (1/2/2022).

"Kami terus melihat tekanan inflasi menumpuk dalam ekonomi. Akibatnya, ekspektasi Federal Reserve akan mengambil tindakan untuk melawannya," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

"Namun, ini menciptakan dorongan yang kita lihat di pasar emas didukung oleh tekanan inflasi tersebut."

Lonjakan tak terduga dalam pertumbuhan lapangan pekerjaan AS pada Januari memicu kekhawatiran seputar inflasi dan membebani sentimen risiko di kalangan investor. Pengusaha AS menambahkan 467.000 pekerjaan pada Januari, mengalahkan ekspektasi ekonom, meskipun tingkat pengangguran naik fraksional menjadi 4,0 persen dari sebelumnya 3,9 persen, Departemen Tenaga Kerja mengatakan dalam laporan penggajian non-pertanian (NFP). Harga minyak juga melonjak ke level tertinggi tujuh tahun, menambah tekanan inflasi yang ada.

Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, tetapi kenaikan suku bunga akan meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil. 

Sementara itu, imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua tahun setelah data pekerjaan AS yang optimis mendukung kasus kenaikan suku bunga oleh Fed. Dolar juga naik dan membuat emas mahal bagi pembeli pemegang mata uang lainnya.

Harga emas telah mundur sejak mencapai level tertinggi 1,5 bulan pada akhir Januari setelah Fed mengisyaratkan kenaikan suku bunga pada bulan Maret. Di sisi teknis, "level 1.800 dolar AS adalah kunci untuk emas dan jika emas dapat terus melayang di sekitarnya, itu akan sangat positif untuk emas," Edward Moya, analis pasar senior di broker OANDA, menulis dalam sebuah catatan.

"Jika emas menembus di bawah 1.780 dolar AS, kondisinya bisa menjadi berbahaya dan harga bisa melihat target penjualan momentum yang signifikan menuju 1.700 dolar AS."

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement