Jumat 04 Feb 2022 05:30 WIB

Mahasiswi di Afghanistan Sambut Pembukaan Kembali Universitas

Sejak Taliban berkuasa, aktivitas akademik di perguruan tinggi terhenti

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Anak-anak perempuan bersiap untuk kelas di sebuah sekolah di Kabul, Afghanistan, Ahad (12/9).
Foto: AP/Felipe Dana
Anak-anak perempuan bersiap untuk kelas di sebuah sekolah di Kabul, Afghanistan, Ahad (12/9).

REPUBLIKA.CO.ID, Sudah hampir enam bulan Zarlashta Haqmal menantikan momen untuk kembali berkuliah. Sejak pertengahan Agustus tahun lalu, tepatnya setelah Taliban merebut kekuasaan, aktivitas akademik di perguruan tinggi terhenti. Kecemasan kemudian menghantui kaum wanita di sana. Sebab Taliban punya sejarah melarang perempuan menempuh pendidikan, terlebih hingga ke jenjang mahasiswa.

Pada Rabu (2/2) lalu, Taliban memutuskan membuka kembali universitas-universitas negeri di sejumlah provinsi di Afghanistan, antara lain Helmand, Farah, Nimroz, Laghman, Nangarhar, dan Kandahar. Kabar baiknya, Taliban turut mengizinkan kaum wanita berkuliah. "Ini adalah momen kegembiraan bagi kami bahwa kelas kami sudah dimulai," ungkap Zarlashta Haqmal, seorang mahasiswi hukum dan ilmu politik di Universitas Nangarhar.

Baca Juga

Kendati demikian, Haqmal mengaku masih mencemaskan Taliban sewaktu-waktu mencabut lagi izin bagi kaum wanita Afghanistan untuk menimba ilmu hingga perguruan tinggi. "Kami masih khawatir Taliban mungkin menghentikan mereka," ucapnya.

Di universitas-universitas yang telah dibuka, anggota Taliban berjaga di pintu gerbang dengan senpan mesin. Kegiatan belajar mengajar pun dipecah. Seorang mahasiswi kedokter di Universitas Nangarhar mengungkapkan, saat ini ruang kelas dipisah berdasarkan jenis kelamin. Tak boleh ada pembauran.

Kelas wanita dilaksanakan pagi hari. Sementara perkuliahan untuk pria digelar sore hari. "Hanya shift belajar kami yang dipisahkan, meskipun kami telah diberi tahu untuk tidak berjalan di sekitar universitas sampai waktu anak laki-laki selesai," kata mahasiswi kedokteran di Universitas Nangarhar yang enggan dipublikasikan identitasnya.

Belum jelas apakah tenaga pengajar pria diizinkan mengajar mahasiswi maupun sebaliknya. Kendati kondisi perkuliahan saat ini tak seperti sebelum Taliban berkuasa, dia enggan menjadikan hal tersebut sebagai hambatan. "Saya tetap ingin melanjutkan, karena pendidikan saya tak boleh tidak tuntas," ujarnya.

Saat momen pembukaan kembali, Menteri Kebudayaan dan Informasi Taliban Khairullah Khairkhwa sempat mengunjungi Universitas Kandahar. Dia mengisyaratkan mendukung penerapan pendidikan modern. "Pendidikan modern dan Islam secara bersamaan dapat membawa sebuah negara menuju kemakmuran," ucapnya.

Menteri Pendidikan Taliban Abdul Baqi Haqqani mengungkapkan, universitas-universitas lainnya di Afghanistan, termasuk Universitas Kabul, akan dibuka kembali untuk pria dan wanita pada 26 Februari mendatang. "Semua infrastruktur dan pejabat disarankan untuk berkonsentrasi pada tanggung jawab mereka serta menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk para mahasiswa," kata Haqqani.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement