Kamis 03 Feb 2022 04:23 WIB

Ibu ODGJ yang Rawat Dua Anaknya Sudah Dapat Layanan Kesehatan

Dua anak Tawinah dibawa ke balai rehabilitasi anak Kemensos.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus raharjo
 ilustrasi Tingkat stres tinggi bisa memicu munculnya gangguan jiwa bipolar. (Ilustrasi)
Foto: Republika/ Musiron
ilustrasi Tingkat stres tinggi bisa memicu munculnya gangguan jiwa bipolar. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Tawinah, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang merawat dua anaknya yang masih kecil, kini memperoleh perhatian dari Pemkab Indramayu. Warga Desa Rajasinga, Kecamatan Terisi itu memperoleh layanan kesehatan.

Setelah mendapat informasi adanya seorang ibu ODGJ yang merawat dua anaknya, Bupati Indramayu, Nina Agustina, langsung meminta jajarannya untuk memberikan layanan kesehatan. Tawinah mendapat layanan kesehatan melalui program Dokter Masuk Rumah (Dok-Maru), mulai Rabu (2/2/2022).

Baca Juga

Camat Terisi, Endhy Yohendi, mengatakan, pihaknya bersama Dinas Sosial Indramayu dan Puskesmas Terisi merujuk Tawinah ke RSUD Indramayu. "Tawinah akan dirawat di rumah sakit untuk memperoleh layanan medis dan kejiwaan,’’ kata Endhy, Rabu (2/2/2022).

Sedangkan kedua anak Tawinah, lanjut Endhy, akan dibawa ke Balai Rehabilitasi Anak Kementerian Sosial di Pagaden, Kabupaten Subang. Endhy menambahkan, keputusan membawa Tawinah ke RSUD dan mengantarkan kedua anak Tawinah ke Balai Rehabilitasi Anak Kemensos telah memperoleh izin dari keluarga Tawinah.

Tidak hanya itu, Bupati Indramayu melalui Pemerintah Kecamatan Terisi juga memberikan bantuan paket sembako untuk Tawinah di kediamannya. "Tim berhasil bertemu langsung dengan yang bersangkutan, kedua anaknya, orang tuanya, saudaranya, dengan membawa sembako dan roti ke kediamannya pada Selasa kemarin," tutur Endhy.

Seperti diketahui, Tawinah menderita gangguan kejiwaan/ODGJ sejak sekitar 25 tahun lalu. Meski demikian, dia sangat menyayangi kedua anaknya. Dengan segala keterbatasannya, setiap hari dia merawat dan membesarkan kedua buah hatinya.

Tawinah dan anak-anaknya tinggal di sebuah rumah yang tidak layak huni di Desa Rajasinga. Rumah yang berukuran sekitar 4X5 meter itu beralaskan tanah. Dindingnya sebagian terbuat dari bata yang belum disemen, sebagian lainnya dari bilik bambu.

Tanpa ada penerangan dan ventilasi, rumah tersebut terlihat gelap meski di siang hari. Bau tak sedap langsung menyengat saat memasuki rumah yang terlihat berantakan tersebut. Tidak ada perabot, hanya ada tempat tidur yang tipis dan lapuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement