Kamis 03 Feb 2022 01:45 WIB

Omicron Lebih Berdampak Pada Pelayanan Kesehatan di AS Dibanding Delta

Angka harian masuk RS di AS karena omicron 1,8 kali lebih tinggi dibanding delta.

Rep: RR Laeny Sulistyawati/ Red: Agus raharjo
Perawatan pasien Covid-19 di ICU Sharp Chula Vista Medical Center, California, Amerika Serikat. Hakim di Ohio menolak permintaan warga untuk memaksa dokter memberikan ivermectin pada pasien Covid-19.
Foto: EPA
Perawatan pasien Covid-19 di ICU Sharp Chula Vista Medical Center, California, Amerika Serikat. Hakim di Ohio menolak permintaan warga untuk memaksa dokter memberikan ivermectin pada pasien Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) membandingkan penyebaran varian Covid-19 Omicron dengan Delta di Amerika Serikat (AS). Penularan omicron yang lebih banyak dibandingkan varian delta yang akhirnya berdampak pada pelayanan kesehatan di AS.

Mantan direktur Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama mengatakan, CDC di AS menerbitkan artikel berjudul 'Trends in Disease Severity and Health Care Utilization During the Early Omicron Variant Period Compared with Previous SARS-CoV-2 High Transmission Periods — United States, December 2020–January 2022' pada 28 Januari 2022 lalu. Artikel ini, kata dia, membandingkan situasi omicron di Amerika dengan situasi ketika mereka menghadapi varian lain sejak akhir 2020.

Baca Juga

"Varian omicron bermula di AS pada 1 Desember 2021 dan menyebar secara cepat. Kemudian pada 15 Januari 2022 diumumkan maka 99,5 persen spesimen sekuen di negara itu adalah omicron," ujarnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (2/2/2022).

Menurutnya, publikasi CDC ini menunjukkan jumlah kasus yang tertinggi adalah ketika menghadapi omicron dibanding varian Delta. Kasus harian rata-rata tertinggi akibat omicron di Amerika Serikat adalah 799 ribu orang. Angka ini lima kali lebih tinggi daripada rata-rata kasus harian tertinggi Delta, yaitu 164 ribu orang.

"Kenyataannya dampak ke pelayanan kesehatan di Amerika ternyata lebih besar ketika omicron daripada ketika varian Delta melanda, bukan karena tingkat beratnya penyakit tetapi karena jumlah total kasus jauh lebih tinggi," katanya.

Sehingga, dia melanjutkan, walaupun persentase yang harus masuk rumah sakit lebih rendah dari Delta tetapi angka mutlaknya tetap saja tinggi. Angka rata-rata harian masuk rumah sakit di Amerika Serikat karena varian omicron adalah 22 ribu, dan ini 1,8 kali lebih tinggi daripada angka rata-rata harian masuk rumah sakit karena varian Delta, yaitu 12 ribu.

Berkaca dari beban rumah sakit di AS ini, ia meminta pemerintah perlu antisipasi hal itu di Indonesia. Khususnya melihat pengalaman yang cukup tragis pada sekitar Juni dan Juli tahun yang lalu.

"Mudah-mudah hal seperti tahun lalu tidak sampai terjadi lagi, dan untuk itu simulasi lapangan dan juga table top exercise tentu baik dilakukan secara rutin dari waktu ke waktu, selain tentu kesiapan kita di lima hal, ketersediaan tempat tidur dan ruang rawat, obat dan alat kesehatan, sistem pelayanan di RS yang efisien dan aman, sistem rujukan dan yang paling penting adalah tenaga kesehatan," ujarnya.

Permintaannya bukan tanpa alasan. Sebab, dia melanjutkan, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia yang terus meningkat. Kasus harian sudah lebih dari 16 ribu orang. Padahal sebelumnya pernah di angka sekitar ratusan orang saja sehari. "Jadi, sudah naik 150 kali lipat," ujarnya.

Selain itu, Tjandra juga meminta pemerintah menyampaikan kepada publik tentang sudah berapa persen dominasi omicron di antara varian-varian lainnya yang masih ada di Tanah Air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement