Rabu 02 Feb 2022 21:09 WIB

Jamaah Umroh Keluhkan Prosedur PCR Kedua Jadi Positif

Jamaah Umroh Keluhkan Prosedur PCR Kedua Jadi Positif

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Jamaah Umroh Keluhkan Prosedur PCR Kedua Jadi Positif. Foto: Penampung air liur untuk PCR berbasis saliva. Ilustrasi
Foto: synlab.com
Jamaah Umroh Keluhkan Prosedur PCR Kedua Jadi Positif. Foto: Penampung air liur untuk PCR berbasis saliva. Ilustrasi

IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Wakil Ketua Umum Afiliasi Mandiri Penyelenggara Umrah Haji (Ampuh), Tri Winarto mengatakan, standar oprasional prosedur (SOP) banyak dikeluhkan pelaku perjalanan luar negeri termasuk jamaah umroh. Selama ini karantina tidak lepas dari prosedur PCR yang dilakukan di saat kedatangan dan kepulangan.

"Banyak keluhan terkait dengan karantina kedua, terutama mereka yang sudah melaksanakan karantina di hotel hari pertama dia negatif dan PCR kedua dia positif," kata Tri Winarto saat dihubungi Republika, Senin (31/1/2022).

Baca Juga

Tri mengatakan prosedur kedua PCR dengan hasil positif menjadi beban psikologis bagi jamaah umroh. Untuk itu jamaah lebih memilih positif saat PCR pertama daripada positif di PCR kedua karena waktunya bakal menjadi lama.

"Ini tentu menjadi beban, sehingga mereka mungkin lebih milih kalau di hari pertama itu positif sekalian, jadi waktu lama nunggunya tidak lama seperti manakala dia terdeteksi positif di PCR kedua di hari keenam," katanya.

Tri mengatakan, jika jamaah positif di PCR kedua menjelang kepulangan di Indonesia, maka jamaah harus dikarantina lagi 10 hari setelah tujuh hari karantina. Jadi jika jamaah positif di PCR kedua total karantina menjadi 17 hari dan bahkan ada yang dikarantina selama 20 hari.

"Jadi  7 hari ditambah 10 itu jadi 17. Jika ada yang yang tidak mujur lagi itu masih ditambah 4 hari lagi kalau tidak beruntung," katanya.

Untuk itu ia berharap, pemerintah dapat memperbaiki prosedur test PCR. Tujuannya agar jamaah tidak banyak yang positif saat PCR kedua menjelang kepulangan ke rumah setelah karantina tujuh hari.

"Seperti ini maksud saya yang harus diperbaiki lagi, diperbaiki lagi SOP nya," katanya.

Tri memastikan, jamaah sudah merasa tidak nyaman lagi, dengan situasi seperti ini. Jamaah sangat berharap bahwa karantina lima hari ini bukan wacana tapi sebuah keharusan.

"Termasuk di dalamnya mekanisme SOP PCR itu harus betul-betul dilakukan tidak merugikan bagi jamaah," katanya.

Karena prosedur karantina dan test PCR yang berkali-kali ini merugikan jamaah, baik dari segi waktu dan biaya.  Untuk itu pemerintah bisa menyelesaikan persoalan ini agar tidak terjadi penumpukan seperti yang terjadi pada beberapa hari yang lalu.

"Seperti kasus yang kemarin malam itu jamaah menunggu sangat lama di bandara, hampir mereka marah di bandara karena tidak seperti yang dialami sebelum-sebelumnya ketika dia datang langsung di situ ada petugas yang melakukan PCR," katanya.

Belakangan ini kata dia, petugas PCR ini sudah tidak ada lagi, Tri mengaku tidak tahu, apakah ketiadaan mereka sudah sesuai prosedur atau karena kendala lain. Karena ketika tidak ada petugas yang melakukan test PCR di bandara menjadi lama masuk karantina.

"Dan ini membuat jamaah menjadi emosi karena mungkin sudah capek harus menunggu dan lain sebagainya. Ini tentu juga bagian yang harus diperbaiki," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement