Rabu 02 Feb 2022 19:18 WIB

Satgas: PCR Masif Efektif Identifikasi Covid-19 Apa Pun Variannya

Ini tidak terlepas dari cara kerja PCR yakni dengan mendeteksi materi genetif virus.

Rep: fauziah mursid/ Red: Hiru Muhammad
Petugas kesehatan melakukan tes usap PCR kepada warga di RT 05 Desa Sukaurip, Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Sejumlah warga mengikuti tes usap PCR setelah salah satu warga di RT tersebut dinyatakan positif COVID-19.
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Petugas kesehatan melakukan tes usap PCR kepada warga di RT 05 Desa Sukaurip, Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Sejumlah warga mengikuti tes usap PCR setelah salah satu warga di RT tersebut dinyatakan positif COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menegaskan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) masih menjadi alat yang mampu mendeteksi virus Covid-19 berbagai varian, termasuk di Indonesia. Wiku mengatakan, penegasan ini juga disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat.

"Termasuk di Indonesia, kembali saya tegaskan bahwa sampai saat ini, PCR yang beredar masih efektif untuk mendeteksi orang yang positif Covid-19 apapun variannya," ujar Wiku dalam keterangan persnya secara daring, Rabu (2/2).

Baca Juga

Wiku menjelaskan, ini tidak terlepas dari cara kerja PCR yakni dengan mendeteksi materi genetif virus. PCR kata Wiku, bekerja dengan mencocokkan gen target PCR dengan kode genetik virus, yakni gen yang mudah berubah karena terjadi mutasi dan gen yang cenderung tetap.

Ia mencontohkan kode genetik virus yang mudah berubah adalah gen S yang menjadi spike atau tangan-tangan virus, sedangkan gen yang cenderung tetap misalnya adalah Gen E dan N.

 

Sedangkan, PCR kata Wiku, dapat terdiri dari satu atau lebih gen target. Namun sejak awal pandemi, PCR dengan satu target gen yaitu gen S saja sudah tidak direkomendasikan oleh WHO untuk digunakan, mengingat gen S sangat mudah berubah. "WHO merekomendasikan penggunaan PCR dengan lebih dari satu target dengan target gen yang cenderung tetap," ujar Wiku.

Sementara, Wiku menyebut varian Omicron merupakan salah satu varian dengan perubahan pada gen S yang sangat besar, sehingga dengan PCR yang sudah beredar, gen S pada varian omicron, tidak dapat terdeteksi.

Oleh sebab itu, apabila digunakan PCR dengan lebih dari satu target gen, yang salah satunya adalah gen S, hasil yang dimunculkan adalah Gen S tidak terdeteksi, sementara gen lain tetap terdeteksi.

Ia mencontohkan, apabila PCR menggunakan target gen S, N, dan E maka gen S tidak akan terdeteksi, dan gen N  terdeteksi dan gen E terdeteksi atau hasil yang disebut sebagai SGTF.

Meskipun demikian, Wiku menyebut PCR tidak dapat mengenali keseluruhan kode genetik virus satu persatu, sehingga PCR tidak dapat pula mengenali atau membedakan varian virus. Karenanya, hasil SGTF kepada PCR tidak dapat menjadi kesimpulan identifikasi suatu varian dan harus dilanjutkan dengan whole genome sequencing atau WGS.

Sebab, PCR hanya dapat mengenali gen yang menjadi target, sedangkan WGS dapat mengurutkan kode genetik virus satu persatu secara keseluruhan dari awal hingga akhir.

Untuk Omicron sendiri, lanjut Wiku, terdapat empat subvarian B11529, BA1, BA2 dan BA3, di mana BA2 memiliki perbedaaan pada gen S dibandingkan 3 subvarian lainnya. Kendati demikian, hasil PCR masih dapat mendeteksi orang positif Covid-19 apapun variannya.

"Saya ingin mengingatkan kembali bahwa apapun varian yang beredar, hal yang terpenting untuk dilakukan adalah mengidentifikasi orang positif covid 19 agar rantai penularan dapat diminimalisir. Dalam hal ini, PCR masih efektif untuk mengidentifikasi orang yang positif covid 19 apapun variannya," kata Wiku.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement