Rabu 02 Feb 2022 15:53 WIB

Kasus Covid-19 Merangkak Naik, Pemkot Semarang Siapkan Pengendalian

Sebagian besar penambahan kasus baru tersebut adalah warga Kota Semarang

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG --  Angka kasus baru Covid-19 di Kota Semarang terus bertambah. Kendati angka pertambahan kasus baru ini belum terpantau signifikan, berbagai upaya untuk mengendalikan terus dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, Mochamad Abdul Hakam yang dikonfirmasi mengatakan, pada Rabu (2/2) siang, penambahan kasus aktif Covid-19 di Kota Semarang memang lebih banyak jika dibandingkan dengan periode awal di bulan Januari 2022.

“Sampai dengan siang ini, total ada ada 87 kasus Covid-19 di Kota Semarang,” ungkapnya, saat menyampaikan keterangan pers di Semarang, Jawa Tengah.

Menurut Abdul Hakam, sebagian besar penambahan kasus baru tersebut adalah warga Kota Semarang dan dari jumlah kasus aktif tersebut, sebanyak 33 pasien melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah.

Kemudian 23 pasien menjalani isolasi di tempat isolasi terpusat (isoter) dan sisanya sebanyak 31 pasien dalam perawatan di beberapa rumah sakit, yang ada di ibu kota Provinsi Jawa Tengah tersebut.

Ia juga menyampaikan, berdasarkan penelusuran, kasus aktif di Kota Semarang ini dominan dari pelaku perjalanan atau kelompok masyarakat dengan aktivitas/ mobilitas tinggi. Dengan melihat fakta ini, maka persentase prokesnya sangat rendah sekali.

“Ini yang tadi pagi sedang kita bahas bersama dalam rapat koordinasi (rakor) bersama Wali Kota Semarang dan Forkpimda Kota Semarang, untuk menyiapkan strategi dalam rangka menekan penyebaran Covid-19 di Kota Semarang, walaupun secara prediksi penambahan kasus masih akan berlangsung sampai bulan Maret 2022 nanti,” jelasnya.

Abdul Hakam juga menyampaikan, dari penambahan kasus baru di Kota Semarang tersebut juga terpantau ada beberapa klaster penularan. Seperti klaster perkantoran, klaster BUMN, klaster sekolah dan klaster pelaku perjalanan.

Bahkan karena dari klaster tersebut masih ada yang aktif, maka kebijakan dari Pemkot Semarang berdasarkan hasil rakor untuk pasien yang isoman semuanya digeser ke tempat isoter.

Pertimbangannya, di tempat isoter masuh cukup untuk menampung dan harapannya tidak terjadi penularan kepada orang lain dari isoman.

“Ini yang sedang kita tindaklanjuti terkait dengan penambahan kasus baru di Kota semarang ini dan mudah- mudahan tetap terkendali dan tidak menyebar kepada masyarakat di lini kedua dan lini ketiga," ujarnya.

Terkait hal ini, masih kata Abdul hakam, tentunya Pemkot semarang juga sudah menyiapkan beberapa strategi, termasuk mengaktifkan lagi pengawasan bersama dengan Satpol PP, TNI/ Polri sekaligus juga mempercepat vaksinasi booster (penguat).

Termasuk di tempat- tempat munculnya klaster penularan seperti sekolah dan kantor, Satgas Covid-19-nya harus aktif selain upaya pendampingan dari Dinkes Kota Semarang.

Selama satgas Covid-19 tersebut tidak aktif kemudian muncul kasus baru walaupun semua yang ada di lingkungan tersebut sudah mendapatkan vaksinasi potensi penularan masih akan terjadi.

Maka satu hal yang angat penting adalah, Satgas Covid-19 di masing- masing kantor, sekolah atau tempat lain harus diaktifkan dan dioptimalkan lagi. Kalau tidak bisa melakukan hal itu, maka kasus Covid-19 tidak bakal selesai atau sulit dikendalikan.

Ia juga mengakui, klaster penularan yang terjadi baik di lingkungan sekolah, BUMN dan perkantoran jumlahnya memang tidak banyak, namun jika hal ini tidak segera diantisipasi dan dilakukan tindakan segera, pasti bisa memicu penyebaran yang luar biasa.

Makanya, Dinkes Kota Semarang penting memastikan baik yang disekolah, kantor, mal, pasar dan di tempat umum disiplin protokol kesehatan (prokes) menjadi wajib. Apalagi seperti perkantoran dan sekolah itu ventilasinya jelek dan 16 kali lebih menularkan.

Tidak hanya masker atau disinfektan, namun yang paling krusial adalah bagaimana ventilasi udara itu bisa sesuai denganketentuan. "Mulai dari pintu dan jendela dibuka supaya sirkulasi udara bisa berjalan dengan baik, juga sinar matahari bisa masuk. Itu akan menurunkan angka penularan," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement