Rabu 02 Feb 2022 15:28 WIB

Lima Nama Calon Rektor UII

Forum akan dikemas agak berbeda dari periode sebelumnya.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Suasana kampus UII.
Foto: Dokumen
Suasana kampus UII.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemilihan nama-nama calon rektor Universitas Islam Indonesia (UII) masa kerja 2022-2026 telah digelar secara serentak di delapan fakultas dan satu unit rektorat. Melalui kegiatan tersebut, muncul lima nama calon rektor UII.

Dari 13 nama calon rektor hasil penjaringan bakal calon lalu, lima nama peraih suara terbanyak yakni Prof Fathul Wahid dengan 504 suara (50 persen). Dr Rohidin meraih 117 suara (12 persen), disusul Prof Riyanto dengan 82 suara (8 persen).

Kemudian, ada Prof Jaka Sriyana dengan 63 suara (6 persen) dan Dr Ilya Fadjar Maharika mendapat 46 suara (5 persen). Ketua Panitia Pemilihan, Dr Masduki mengatakan, dari 1.179 Daftar Pemilih Tetap (DPT) ada 1.000 pemilih memberikan hak suaranya.

Lima nama itu berhak maju untuk pemilihan secara terbatas oleh senat universitas 3 Maret 2022, yang anggotanya kurang lebih 115 orang. Mewakili berbagai komponen fakultas mencakup dosen, struktur organisasi, pimpinan dan kepangkatan akademik.

"Artinya, saya melihat pemilu yang semesta hari ini, yang sifatnya menyeluruh, melahirkan dan memberikan mandat kepada lima nama," kata Masduki, Rabu (2/2).

Sebelum pemilihan senat universitas, akan ada forum terbuka penyampaian rencana aksi lima calon rektor yakni 24 Februari 2022. Forum akan dikemas agak berbeda dari periode sebelumnya, salah satunya pendalaman materi dilakukan tiga panelis.

"Kalau yang lalu (2018) murni calon rektor memaparkan, penyimak hanya mencatat. Rencananya, penyampaian rencana aksi sendiri akan dilaksanakan secara kombinasi daring dan luring," ujar Masduki.

Dalam tahapan pemilihan ini tidak ada dari 13 nama yang perolehan suaranya sama, sehingga panitia tidak perlu membuat keputusan baru. Misal, harus memutuskan 6/7 suara terbanyak karena sesuai PP Nomor 6 hanya lima orang calon suara terbanyak.

Dari 1.000 pemilih hadir ke lokasi pemungutan hanya satu suara abstain. Artinya, 999 memberikan suara dan tidak didapati surat suara yang rusak. Ia berpendapat, secara makro warga UII sudah dewasa berproses dalam menyampaikan hak suaranya.

"Jadi, tidak perlu huru-hara, semua menghormati mekanisme dan prosedur, datang menunaikan hak, lalu selesai. Itu saya kira bagus bagi sebuah perguruan tinggi," kata Masduki.

Masduki turut memberi tiga catatan dari pemilihan. Pertama, proses pemilihan berjalan lancar, 08.00-12.00, tidak ada kendala. Mulai dari pemungutan suara, pembukaan dan diakhiri dengan penghitungan, yang secara umum berjalan lancar.

Sejak awal pemilih sudah berdatangan. Pengembalian rekap dan kartu suara dari panitia fakultas dan rektorat tepat waktu pada 14.00. Kedua, dari partisipasi sama dengan penjaringan, 85 persen civitas akademika hadir sampaikan suaranya.

Hal ini menunjukkan antusiasme yang meningkat dibanding 2018, walaupun saat ini masih dalam situasi pandemi. Ketiga, yang menarik dari 13 nama calon rektor hasil penjaringan semua meraih suara, meskipun variasinya berbeda-beda.

"Di sini, kita melihat UII tidak kesulitan untuk mencari calon yang dianggap layak oleh sivitas akademika sebagai Rektor. Dari lima besar yang mendapat suara terbanyak tersebar dari beberapa fakultas, tidak terpusat satu fakultas saja," ujar Masduki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement