Kamis 03 Feb 2022 05:52 WIB

Ayo, Disiplin Lagi untuk Keberlangsungan Kompetisi!

Sejumlah laga di Liga 1 dan IBL ditunda akibat Covid-19.

Vaksinasi covid-19 untuk pemain dan offisial Persib Bandung.
Foto: Dok. Persib Bandung
Vaksinasi covid-19 untuk pemain dan offisial Persib Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, Dua kompetisi olahraga paling populer di Tanah Air, BRI Liga 1 dan IBL Tokopedia, tengah mengalami ujian. Covid-19 menyerang pemain, pelatih, hingga ofisial sejumlah tim kontestan kompetisi sepak bola dan bola basket tertinggi di Tanah Air tersebut.

Di sepak bola, Persib Bandung mengeluarkan pernyataan mengejutkan saat sembilan pemainnya dinyatakan positif Covid-19 sehingga harus absen dalam laga kontra Persikabo 1073. Dalam kondisi pincang, pelatih Robert Alberts kemudian memasang sejumlah pemain cadangan. Hasilnya, Maung Bandung masih bisa menang 1-0 lewat gol pemain muda Kakang Rudianto.

Persib tak sendirian. Lima pemain Arema FC dinyatakan terpapar Covid-19. Kemudian masing-masing tiga pemain Persebaya Surabaya, PSS Sleman, dan Persiraja banda Aceh dinyatakan terpapar virus corona baru yang diduga varian Omicron. Dua pemain Persija Jakarta juga terdampak, ditambah satu pemain PSM Makassar.

PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi mengakui kemungkinan adanya kelalaian yang mengakibatkan para pemain kontestan Liga 1 diserang Covid-19. Sistem semi bubble berjalan lancar di seri 1 dan 2 ternyata bobol di seri 3 Bali. 

Direktur Operasional PT LIB Sudjarno mengakui kemungkinan adanya kelengahan klub dan pemain saat jeda kompetisi karena laga internasiona pada akhir Januari. Terlebih, seri 3 berlangsung di Bali yang merupakan destinasi liburan. Tak bisa dimungkiri, sulit menahan godaan untuk tetap di hotel dan menghindari kontak dengan orang banyak. 

Kelalaian, kata Sudjarno, bisa saja terjadi karena kompetisi berdurasi panjang sampai Maret 2022. Ditambah varian Omicron yang penularannya dilaporkan lebih mudah, meskipun efeknya destruksinya dilaporkan tidak sekuat serangan Covid-19 pada pertengahan tahun lalu.

LIB sudah memutuskan tidak menunda kompetisi. Tapi mau tidak mau, laga Madura United kontra Persipura Jayapura yang dijadwakan Selasa (1/2/2022) sore terpaksa ditunda. Penyebabnya, jumlah pemain Madura United yang siap bertanding tak mencukupi.

LIB punya aturan yang jelas dalam antisipasi Covid-19 ini. Dalam regulasi Liga 1 2021/2022 pasal 52 poin ke-7 menjelaskan Dalam keadaan luar biasa, di mana setelah Swab Test Rapid Antigen pada hari pertandingan membuat klub yang akan bertanding hanya menyisakan kurang dari 14 pemain (termasuk salah satu di antaranya adalah penjaga gawang), maka LIB dan PSSI akan segera menggelar Rapat Darurat untuk memberikan keputusan dalam tempo cepat dan setiap keputusan bersifat final." Aturan ini mirip dengan yang diberlakukan di Liga Primer Inggris.

Di bola basket, Seri 1 IBL yang berlangsung di Jakarta berjalan lancar. Namun Seri 2 terganggu oleh Covid-19. Sejumlah laga ditunda, diawali laga Satria Muda Pertamina vs Evos Thunder pada Sabtu (29/1/2022) lalu. Dua pemain Satria Muda dinyatakan positif Covid-19 dengan gejala. Setelah itu, pengumuman disampaikan oleh IBL selaku operator kompetisi bahwa laga tim Indonesia Patriots pada Seri 2 dibatalkan karena 18 orang dalam tim terpapar Covid-19. Itu termasuk pemain, pelatih, dan ofisial.

Satria Muda kemudian bertanding pada Senin (31/1/2022) minus pemain yang harus menjalani karantina dan meraih kemenangan atas Amartha Hangtuah. IBL juga punya aturan jelas soal serangan Covid-19 dalam tim. Jika ditemukan ada yang positif Covid-19, IBL akan menggelar dua kali tes ulang screening. Jika hasilnya negatif Covid-19, pemain boleh bertanding. Namun, tetap dalam monitor setiap hari dan tes usap sebelum latihan dan game dimulai.

Baca juga : Kamerun Vs Mesir, Duel Penentuan Dominasi di Piala Afrika

Jika serangan Liga 1 ditengarai akibat jeda kompetisi karena laga internasional FIFA, kompetisi IBL juga diduga akibat jeda antarseri yang berlangsung sepekan. Suka atau tidak, ada sejumlah pemain atau ofisial yang belum maksimal menerapkan protokol kesehatan.

Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah mengatakan ada hukuman mulai dari kategori ringan, sedang hingga berat terkait kelalaian menjalankan protokol kesehatan.  IBL sendiri punya aturan ketat sebelum tim masuk ke dalam hotel mereka. Sebelum berangkat ke kota penyelenggara, tim harus menjalani tes PCR pertama. Ketika tiba dan akan memasuki gelembung, mereka harus kembali menjalani tes PCR. Seharusnya setelah menjalani tes PCR pertama, tim tetap mengikuti karantina.

Melihat fakta yang terjadi di kompetisi Liga 1 dan IBL, saya melihat sejumlah penyebabnya. Pertama, tentu protokol kesehatan yang belum maksimal. Saya menduga karena kasus Covid-19 sempat melandai di Indonesia. Kemudian ada publikasi laporan penelitian yang menyebutkan Covid-19 varian Omicron punya efek destruksi yang tidak sedahsyat sebelumnya. Sehingga godaan untuk 'sedikit melanggar aturan' muncul. Apalagi faktor eksternal di mana orang-orang sudah mulai melonggar dalam penerapan protokol kesehatan. Banyak yang berani menurunkan masker di tempat publik. Tempat hiburan dan restoran sudah mulai ramai oleh orang-orang.

Baca juga : IBL Umumkan 13 Temuan Baru Kasus Positif Covid-19

Apalagi para atlet dan ofisial itu selama ini mungkin merasa bisa melewati Covid-19 dengan baik. Di basket, sebelum kompetisi IBL 2022 bergulir, sempat ada sejumlah pemain yang positif Covid-19, tapi tidak dipublikasikan karena dalam masa pramusim.

Faktor apes juga sangat mungkin. Sudah disiplin menjaga protokol, tapi harus terkena karena bersinggungan dengan orang yang terpapar tanpa sadar. Sebab hotel tempat atlet menginap juga bisa diakses oleh pihak luar, meskipun sudah ada pembatasan soal area mana yang boleh dimasuki dan tidak. Kemungkinan penularan bisa terjadi saat jam makan, walaupun sudah ada pemisahan tempat. Kabar baiknya, ada klub sepak bola yang sudah mulai memberlakukan pembatasan akses pihak luar lebih ketat setelah kejadian paparan Covid-19 ini.

Pengalaman paparan Covid-19 saat ini semoga bisa dijadikan pelajaran bagi para atlet, manajemen, klub, dan operator kompetisi. Efek destruksi Covid-19 mungkin saja tak sedahsyat dulu, tapi bukan berarti protokol kesehatan lantas dilonggarkan. Mari ingat kembali saat-saat kelam di mana kompetisi dilarang bergulir atau hanya bisa berjalan singkat dengan sejumlah pembatasan. Atlet mungkin bisa mengingat saat gaji mereka harus dipotong akibat kompetisi tidak bergulir. Mereka pasti tak mau kondisi serupa terulang.

Publik juga menantikan aksi-aksi para pemain dan tim kesayangan mereka. Penundaan kompetisi bukan hal yang diinginkan penggemar. Maka dari itu, mari semua pihak berdisiplin lagi. Pemain dan klub harus saling jaga demi keberlangsungan kompetisi. 

Baca juga : Pelatih Pelita Jaya Jakarta Usulkan Lanjutan IBL 2022 Digelar Terpusat

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement