Selasa 01 Feb 2022 13:07 WIB

Rusia Tegaskan tak akan Mundur Meski Ada Ancaman Sanksi AS

Rusia mengatakan bahwa AS mendorong kudeta nasionalis radikal di Ukraina.

Rep: Puti Almas/ Red: Friska Yolandha
Prajurit Ukraina membawa pasokan air untuk posisi terdepan di garis depan di daerah Luhansk, Ukraina timur, Kamis, 27 Januari 2022.
Foto: AP/Vadim Ghirda
Prajurit Ukraina membawa pasokan air untuk posisi terdepan di garis depan di daerah Luhansk, Ukraina timur, Kamis, 27 Januari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kedutaan Besar Rusia untuk Amerika Serikat (AS) menegaskan, negaranya tidak akan mundur, sekalipun adanya ancaman sanksi yang diberikan oleh Washington terhadap Moskow terkait konflik dengan Ukraina.

“Itu adalah Washington, bukan Moskow yang menyebabkan ketegangan. Kami tak akan mundur dan berdiri tegak meski mendapat ancaman sanksi AS,” ujar pernyataan Kedutaan Besar Rusia untuk AS, melalui jejaring sosial Facebook, dilansir Tass, Selasa (1/2/2022). 

Baca Juga

Pernyataan tersebut muncul sebagai tanggapan atas unggahan dari Departemen Luar Negeri AS di Twitter yang mengatakan bahwa Rusia menginvasi Ukraina pada 2014 dengan menduduki Krimea. Bahkan, saat ini Moskow juga mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di perbatasan kedua negara. 

Namun, Rusia mengatakan bahwa AS mendorong kudeta nasionalis radikal di Ukraina. Sebagai akibatnya, warga yang berada di Krimea merasa terancam dengan kemungkinan intimidasi dan memilh bersatu kembali dengan Rusia. 

“AS yang memasok pemerintah Ukraina dengan senjata ofensif modern yang mendorong keinginan untuk menyelesaikan masalah dengan paksa," jelas pernyataan Kedutaan Besar Rusia untuk AS tersebut.

Lebih lanjut, AS dinilai melanggar prinsip keamanan tak terpisahkan, mendekati perbatasan Rusia dengan infrastruktur militer. Ditegaskan oleh Moskow bahwa pergerakan Angkatan Bersenjata Federasi Rusia di wilayah negara itu sendiri adalah hak kedaulatan dan tidak mengancam siapapun. 

Ukraina bersama dengan AS dan sejumlah negara Barat baru-baru ini menggemakan tuduhan tentang potensi invasi Rusia ke Ukraina. Juru Bicara Pemerintah Rusia Dmitry Peskov mengecam klaim tersebut sebagai hal yang tidak berdasar, serta hanya berfungsi sebagai taktik untuk meningkatkan ketegangan, menunjukkan bahwa Rusia tidak menimbulkan ancaman apapun kepada siapapun. 

Namun, Peskov tidak mengesampingkan kemungkinan provokasi yang bertujuan untuk membenarkan klaim tersebut. Ia memperingatkan bahwa upaya untuk menggunakan kekuatan militer untuk menyelesaikan krisis di tenggara Ukraina akan memiliki konsekuensi serius.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement