Ahad 30 Jan 2022 21:55 WIB

Warga NTB Diminta Waspadai Bencana Hidrometereologi Jelang Imlek

Bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem seperti banjir dan tanah longsor.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengimbau warga agar waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem menjelang perayaan Imlek 1 Februari 2022. (ilustrasi)
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengimbau warga agar waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem menjelang perayaan Imlek 1 Februari 2022. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengimbau warga agar waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem menjelang perayaan Imlek 1 Februari 2022.

"Berdasarkan pengalaman, bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, hingga angin puting beliung menjelang perayaan Imlek setiap tahunnya berpotensi terjadi," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram, Mahfuddin Noor, di Mataram, Ahad (30/1/2022).

Baca Juga

Terkait dengan itu, masyarakat tetap waspada ketika beraktivitas di luar rumah termasuk ketika berlalu lintas. Yang terpenting dapat menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah di saluran atau sungai yang dapat menghambat aliran air. 

"Nelayan juga sudah kami minta agar waspada terhadap potensi bencana di laut, dan sebaiknya tidak melaut saat cuaca ekstrem," katanya.

Lebih jauh Mahfuddin mengatakan, potensi bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem menjelang perayaan Imlek sudah mulai terlihat sejak beberapa hari terakhir ini. Apalagi, katanya, dalam beberapa hari terakhir ini, intensitas hujan disertai angin kencang terjadi setiap hari, bahkan dari pagi hingga malam.

"Kendati demikian, Alhamdulillah kondisi Kota Mataram masih aman terkendali termasuk titik genangan, dari pantauan kami hampir tidak ada," ujarnya.

Kalaupun terjadi peningkatan volume air sungai di beberapa sungai yang melintasi Kota Mataram diantaranya Sungai Jangkuk, Ancar, Berenyok dan Kali Unus, peningkatannya masih normal dan belum ada yang berpotensi masuk ke permukiman penduduk. Kondisi itu, kata dia, terjadi karena Satgas Terpadu penanganan Bencana Kota Mataram, telah melakukan upaya antisipasi. Misalnya, dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) telah melakukan normalisasi sungai dan saluran.

Selain itu dari Dinas Perkim dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), bekerja sama melakukan perantingan pohon serta pengawasan terhadap pohon-pohon yang dinilai rawan tumbang. Sedangkan anggota dari BPBD, tambahnya, aktif berkeliling pada sejumlah titik potensi bencana seperti di sepanjang sembilan kilometer laut Kota Mataram, titik genangan dan aliran sungai.

"Ketika ada hal-hal yang dinilai berpotensi bencana, petugas kami segera melapor untuk ditindaklanjuti satgas terpadu penanganan bencana," ujar Mahfuddin Noor.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement