Jumat 28 Jan 2022 19:19 WIB

Belum Selesai Soal Covid-19 Ilmuwan Temukan NeoCov, Apa Lagi Nih?

Ilmuwan temuan varian lain dari penyakit virus Corona, NeoCov.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Ilmuwan temuan varian lain dari penyakit virus Corona, NeoCov.
Foto: www.pixabay.com
Ilmuwan temuan varian lain dari penyakit virus Corona, NeoCov.

REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN -- Awal pekan ini, pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa varian Covid-19 berikutnya pasti akan lebih menular daripada omicron. Akan tetapi pertanyaan sebenarnya adalah, apakah itu akan lebih mematikan atau tidak.

Para ilmuwan dari Wuhan China baru-baru ini menandai kekhawatiran mengenai varian lain dari penyakit virus corona, bernama NeoCov. Varian ini mungkin lebih menular dan berpotensi lebih mematikan daripada semua jenis sebelumnya. Virus NeoCov ditemukan pada populasi kelelawar di Afrika Selatan dan saat ini hanya menyebar di antara hewan, menurut para ilmuwan.

Baca Juga

 

Apa itu NeoCoV, varian Covid baru?

Dalam makalah yang diterbitkan di situs web bioRxiv dan belum ditinjau oleh rekan sejawat, ilmuwan tersebut lebih lanjut mengklarifikasi bahwa NeoCov terkait dengan sindrom pernapasan Timur Tengah atau MERS-virus corona. Sekarang telah ditemukan bahwa NeoCoV dan PDF-2180-CoV menggunakan beberapa jenis enzim pengubah angiotensin, termasuk kelelawar ACE2 dan ACE2 manusia untuk masuk.

Virus MERS-CoV mirip dengan SARS-CoV-2 dalam hal gejala seperti demam, batuk dan sesak napas dan lazim di negara-negara timur tengah pada tahun 2012 dan 2015. Banyak orang meninggal karena infeksi tersebut.

 

Seberapa mematikan virus itu?

Penelitian tersebut mengatakan MERS-CoV termasuk dalam garis keturunan C Beta-CoV (Merbecoviruses), yang merupakan ancaman besar mengingat tingkat fatalitas kasusnya yang tinggi sekitar 35 persen.

“Studi kami menunjukkan kasus pertama penggunaan ACE2 pada virus terkait MERS, menyoroti potensi ancaman keamanan hayati dari kemunculan ACE2 pada manusia menggunakan “MERS-CoV-2” dengan tingkat kematian dan penularan yang tinggi,” tulis para ilmuwan dalam penelitian tersebut, seperti dilansir dari Livemint, Jumat (28/1/2022).

Kekebalan yang dipicu oleh infeksi sebelumnya atau vaksinasi virus corona lain mungkin tidak cukup untuk melindungi manusia dari infeksi NeoCoV dan PDF-2180-CoV. Hal itu karena baik SARS-CoV-2 maupun sepuluh nanobodi anti-MERS-CoV yang diuji tidak dapat menghambat silang infeksi yang disebabkan oleh kedua virus ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement