Sabtu 29 Jan 2022 04:45 WIB

Peneliti China Ungkap Potensi Mematikan Virus NeoCov

NeoCoV dinilai memiliki kemiripan dengan virus corona jenis baru.

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Mutasi virus (ilustrasi)
Foto: www.pixabay.com
Mutasi virus (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  BEIJING -- NeoCov, sebuah virus yang ditemukan di Afrika Selatan telah lama muncul dan bukan hal yang baru, meski dalam beberapa waktu terakhir hangat diperbincangkan.  Menurut laporan, NeoCov terkait dengan Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS-CoV) atau virus wabah yang ditemukan dan berdampak pada 2012 hingga 2015.

Para ilmuwan di China memperingatkan bahwa akan ada potensi ancaman kematian dan tingkat penularan tinggi dari virus yang juga merupakan salah satu dari virus corona ini.

Baca Juga

Seperti dilansir Sputnik, NeoCoV memiliki kemiripan dengan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19 dan menjadi pandemi dunia sejak 2020. Menurut studi terbaru yang dirilis di situs web bioRxiv, virus yang ditemukan pada populasi kelelawar ini menggunakan beberapa jenis enzim pengubah angiotensin kelelawar 2 (ACE2) dan manusia ACE2 untuk menginfeksi.

Para ilmuwan dari Universitas Wuhan dan Institut Biofisika dari Akademi Ilmu Pengetahuan China mengatakan hanya satu mutasi yang cukup bagi virus untuk dapat menyusup ke sel manusia. Berdasarkan temuan dalam studi, potensi bahaya yang terkait dengan SARS-CoV-2 adalah bahwa NeoCov mengikat reseptor ACE2 dengan cara berbeda dibandingkan patogen Covid-19.

Karena itu, baik antibodi maupun molekul protein yang terbentuk pada mereka yang menderita penyakit pernapasan atau/dan divaksinasi terhadap SARS-CoV-2 tidak akan berhasil melindunginya. Dengan demikian, para peneliti mengatakan bahwa NeoCoV membawa serta potensi gabungan tingkat kematian MERS-CoV yang tinggi, dengan rata-rata satu dari tiga orang yang terinfeksi meninggal, termasuk mengenai tingkat penularan yang tinggi dari virus corona jenis baru.

Para ahli dari Vector Russian State Research Center of Virology and Biotechnology juga mengeluarkan pernyataan pada Kamis (27/1) setelah diberi pengarahan tentang NeoCov, sebagai tanggapan atas publikasi tersebut. Mereka mengatakan berdasarkan data yang diperoleh peneliti Tiongkok, NeoCov kemungkinan belum mampu menyebar secara aktif di antara manusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement